Anggun takdir berjalan, taklukan hati menerima semua. Tidak ada cinta yang tak seirama. Seekor itik pun disayang induk ayam yang mengerami.
***
“Pertama ketemu kamu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau aku bakalan suka sama kamu. Udah suka sama kamu, aku makin takut kalau aku benar-benar jatuh cinta sama kamu. Setelah sekarang, aku jatuh cinta sama kamu, aku jadi takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan, De.”
“Hahaha ... di dalam takut itu ada ‘aku’. Rasa takut hanya ada di dalam diri kamu sendiri. Ketika kita bersama, apa yang harus ditakutkan? Hujan atau pun panas, gelap atau pun terang, semuanya gak masalah, selama kamu memberikan senyummu, dan aku menyediakan pundakku.”
“Yaa Allah, kita gombal banget sih, De.”
“Hahaha ... bukannya kamu duluan yang mulai, Lin.”
Keduanya lantas tersenyum dan saling memandang.
Semenjak kejadian itu Aradhea menjadi tamu istimewa bagi keluarga Candra Gupta. Dia dan Lina berpacaran, tapi tidak seperti pemuda-pemudi pada umumnya. Mereka mengerti akan batasan-batasan. Mereka paham akan baik-buruk satu hubungan pra pernikahan. Mereka lebih banyak belajar tentang hidup dan kehidupan ketimbang bermain-main dengan sekadar rasa. Iklim dan gaya berpacaran mereka pun seperti halnya dua orang sahabat yang saling terikat.
Aradhea amat menghargai Bapak Candra dan Nyonya Liani selayaknya kedua orang tua sendiri. Begitu pun sebaliknya. Bahkan dalam beberapa kesempatan — ketika mengenal Aradhea lebih jauh, Bapak dan Ibu Candra banyak belajar pada pemuda itu.
Bapak Candra meninggalkan serta menyerahkan kembali perusahaan yang dahulu ia terima dari Bapak Arsan. Mereka sekeluarga bersama Aradhea mulai membangun perusahaan keluarga berbasis industri farmasi.
Hubungan Bapak Candra — keluarga Lina, dengan Bapak Arsan tetap baik-baik saja. Mantan calon besannya itu sungguh seseorang yang berjiwa bijaksana. Hanya saja, kepada Mbah Waskita hubungan mereka menjadi agak renggang. Mbah Waskita tetap tidak menerima permintaan maaf sang kakak, Mbah Sayyidi. Beliau juga tidak mau menerima kenyataan, bahwasannya Aradhea dan Lina memanglah berjodoh.