Ngiiiiiiiinnggg....
Tengah malam menjelang dini hari, pada pukul 01.25, Aradhea sedang berada di area balkon. Duduk menyender di kursi keheningan sambil menyelonjorkan kedua kaki ke pagar stainlees. Tangannya bertaut menjadi bantal bagi kepala. Sorot matanya menatap kosong ke arah langit, di antara bumi dan bulan.
Ia lantas bersenandung, berbicara pada dirinya sendiri;
Tulang rusuk sejak dahulu telah berpasangan. Tidak mungkin tertukar, melainkan hanya terpisah sahaja. Dia adalah dirimu versi perempuan, sementara, dirimu adalah dia versi laki-laki.
Aku jauh lebih mengerti tentang yang terbaik bagimu, ketimbang pilihanmu sendiri. Ada kalanya itu sesuai juga dengan pilihanmu, ada kalanya tidak. Engkau termasuk beruntung, sebab versi perempuanmu termasuk pilihanmu.
Tetapi satu pertanyaan pasti akan melahirkan pertanyaan baru. Satu tujuan akan mengantarkan tujuan berikutnya. Satu akhir jelas akan membuka bab yang baru.
Mulai sekarang, belajarlah segalanya tentang pasanganmu, supaya kau mengerti tentang mana yang harus kau benahi pada dirimu.
Hidup ini hanyalah rangkaian pembelajaran.
Engkau tersenyum ... apakah engkau benar-benar tersenyum? Benarkah tak ada sedikit pun kesedihan dalam senyummu?
Engkau bersedih ... apakah engkau benar-benar bersedih? Benarkah tak ada sedikit pun kebahagiaan dalam sedihmu?
Karena itu berhati-hatilah engkau terhadap 'kenyataan'. Kenyataan adalah suratan takdirmu sejak kecil hingga engkau menikah. Kenyataan adalah pengatur jodoh setiap manusia. Kenyataan bisa menjadi sifat baru, pola pikir, rasa suka, rasa benci, rasa rindu, rasa cemburu, dan segala-sesuatu tentang cinta, asmara, kasih, juga semua tentangnya.”