Arah Mata Angin

Winda Lastari
Chapter #3

2 Bidadari

Ada yang ingin kukatakan,

Sejak pertama kali bertemu denganmu.

-OOO-

Mobil avanza hitam tersebut melaju cukup cepat. Tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Sedangkan aku masih tetap berdiri di halte menunggu hujan reda. Entah apa yang terjadi di dalam mobil itu selanjutnya.

Orang-orang mulai mengalihkan perhatian nya masing-masing. Ada yang memainkan handphone, ada yang membaca buku. Tidak banyak juga yang memilih untuk menerobos hujan, melewati genangan air, demi pulang lebih cepat.

-OOO-

"Bukk, glabukk"

"Sudah cukup pukulin nya, lagian juga kita sudah dapat uangnya. Orang ini udah pingsan kayaknya hahah" sayup-sayup kudengar suara bos dari preman tersebut.

"Yok pulang"

"Siap bos" suara yang juga diikuti oleh preman yang lain.

Terdengar suara arah langkah kaki yang mulai menjauhi keberadaan ku.

Badanku terasa berat untuk digerakkan. Tanganku terasa sakit, bahkan untuk sedikit mengangkat jari pun aku tak mampu. Mataku memerah, terasa sakit dan perih. Pemandangan sekelilingku terlihat kabur, hanya bayangan hitam dan putih yang tampak.

"Kak, kak" kudengar suara yang asing di telinga menyapa ku

"Apakah kakak baik-baik saja? Kurasa tidak. Badan kakak banyak bekas luka. Kenapa kakak duduk disini? Sepertinya kakak habis berantem" tiba-tiba seseorang menghampiriku.

Ingin kujawab semua pertanyaan yang kamu ajukan kepadaku, tapi bibir ini sangat berat untuk bicara, terlalu kaku untuk digerakkan.

"Bagaimana kalau aku obati luka kakak? Kebetulan aku membawa obat merah untuk luka" saran dan perhatian terucap dari bibirnya

"Mungkin ini akan terasa sedikit perih, tapi tenang saja" ucapnya lagi

Lihat selengkapnya