Arah Pulang

Dunia Gerhana
Chapter #2

Curiga

“Oh iya makasih koreksiannya.” Sebuah pesan singkat yang ditulis oleh Reina pun meluncur setelah acara angkatan pun selesai.

Awalnya, ia ragu untuk membalas pesan tersebut tapi hatinya juga penasaran dengan sosok yang mempunyai nama akun @murteza tersebut. Ia kembali mengecek feed instagram milik Murteza untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi di siang bolong. Hatinya kembali berbisik bahwa ia mengenal sosok Murteza. Wajahnya sangat familiar, tapi lagi-lagi ia belum mengingatnya.

“Hei, lagi ngapain?” tepuk Intan mengagetkan Reina yang sedang sibuk memainkan handphonenya.

“Eng...gaak,” Reina gelagapan mendapati Intan sudah di hadapannya, sangat dekat sekitar satu jengkal dari wajahnya. “Iiiih kamu ngapain sedekat ini?” Ia memundurkan duduknya sedikit ke belakang.

“Kamu sih serius banget liatin handphonenya, emang ada apaan sih?” tanya Intan penasaran.

“Ini ada akun baru follow aku.” Reina menunjukkan handphonenya kepada Intan.

Intan terdiam sejenak. “Ini kan Ka Murteza, anak kedokteran”.

“Ka Murteza? Ka Murteza siapa tan?”

“Ka Murteza yang sering diundang untuk jadi pemateri kalo ada kegiatan ukm anak kedokteran, masa kamu gak tau sih, orang yang aku tunjuk pas seminar kesehatan dua bulan lalu loh.”

Reina berusaha mengingat sosok Murteza yang pernah dilihatnya sekilas ketika seminar kesehatan dua bulan yang lalu. Tetapi ingatannya tak mengingat bagaimana wajahnya, karena saat itu ia dan Intan duduk di bagian belakang.

“Ga inget aku Tan,” ucapnya pasrah.

“Yaudah deh, tapi seriusan ini Ka Murteza yang follow kamu?”

“Iyalah, emangnya aku.”

“Kali aja kan kamu lagi gabut jadi follow cowo ganteng.”

“Iya sih, tapi kalo akun ini aku ga follow duluan loh.”

“Ah dasar.”

“Pulang bareng yuk!” ajak Reza yang menghentikan obrolan mereka berdua.

“Yuk!” Tanpa berfikir lama Intan mengiyakan ajakan Reza beda halnya dengan Reina yang masih terdiam.

“Hei, pulang bareng aja yuk, tenang ada aku.”

“Tapi kan dia itu orangnya...”

“Stop, enggak apa-apa, mumpung ada tumpangan gratis” bisik Intan pelan sambil tertawa.

“Ish dasar kamu ini.”

“Yaudah ayo!” ajak Reza.

Mereka berdua pun menunggu di lobi kampus untuk dijemput oleh Reza yang sedang mengambil mobilnya di tempat parkir.

“Tan, lihat deh siapa yang dateng,” goda Reina kepada Intan ketika melihat seorang lelaki yang disukai Intan sedang berjalan menghampiri mereka.

“Ih yaampun Ka Ikbal,” ucap Intan kaget dengan rona merah memenuhi pipinya.

“Cie seneng cie.”

“Apaan sih?” Pipi Intan merona merah karena digoda Reina.

“Hei!” sapa Ikbal kepada mereka berdua. Ikbal adalah senior mereka berdua. Ia adalah wisudawan teladan tahun 2018. Sekarang ia bekerja sebagai asisten dosen. Sejak awal, Intan sudah memendam perasaan kepada Ikbal pada saat MABA. Saat itu, Ikbal menjadi ketua panitia yang sangat dikagumi oleh mahasiswa baru, bukan hanya itu keramahan dan senyumannya selalu membuat tenang orang yang melihatnya. Dan hal yang paling Intan kagumi dari sosok Ikbal ialah ia mempunyai hobi memotret sama seperti dirinya. Ia juga jauh dari gosip-gosip mempunyai pasangan dan berpacaran, alias jomlo akut.

“Halo kak!” ucap Reina sembari menyenggol Intan.

“Halo kak!”

“Kalian lagi pada ngapain di sini?”

“Ini ka, lagi nunggu temen jemput.”

“Oh yaudah, duluan ya.”

“Iya kak.”

Intan masih memperhatikan langkah Ikbal yang perlahan meninggalkan mereka berdua.

“Ish udah diliatin mulu.” Reina menutup mata Intan sambil tertawa-tawa.

Intan melepaskan tangan Reina sembari tersenyum malu.

“Maaf ya lama,” ucap Reza dari balik kaca mobilnya.

Tawa Reina pun seketika berhenti ketika ia mendengar suara Reza. Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil.

“Aku laper nih. Kita mampir makan dulu ya!” ajak Reza kepada mereka berdua yang sedang asyik memainkan handphonenya di kursi belakang.

“Iya boleh Za,” ucap Intan asal. Ia lupa kalau Reina pasti tidak mau ikut.

“Eh Re, enggak apa-apa kan?” bisiknya pelan.

“Yaudah terserah dia lah” ucap Reina santai.

Intan menghela nafasnya. “Syukurlah”

~~~

Beberapa minggu setelah Murteza memfollow akun Reina. Mereka berdua sering menghabiskan waktu untuk saling berkirim pesan lewat Dm. Murteza, sosok lelaki dingin yang penuh dengan misteri membuat Reina semakin penasaran untuk mengenalnya lebih dekat. Ia juga merasakan sebuah perasaan yang berbeda kepada Murteza, semacam kagum yang mendalam. Tetapi hati kecilnya selalu merasakan bimbang dan khawatir bahwa perasaan senang yang kini dirasakannya hanya akan berlangsung sementara. Ia kagum kepada sosok Murteza dikarenakan sosok tersebut sama dengan kriteria lelaki idamannya. Lelaki misterius, dingin, tak banyak bicara, menarik dan tentunya jurusan kedokteran. Padahal Intan sering mengingatkan Reina untuk tidak terlalu berharap kepada Murteza karena sosok Murteza tidak seperti yang dibayangkannya.

“Tan, aku seneng banget Ka Eja mau nemuin aku di taman,” ucap Reina bahagia.

Intan yang sedang sibuk menatap layar laptop hanya menatapnya sebentar, “Re, seriusan dia bilang kayak gitu?”

“Iya Tan, serius. Hari ini loh. Nanti kamu temenin ya”

“Enggak mau ah.”

“Ayolah!”

“Iya deh iya.”

Intan terdiam sejenak, “Apa aku bilang aja yang sebenarnya kepada Reina sekarang agar dia nanti enggak sakit hati.” Ia menatap Reina sejenak, ia melihat wajah Reina tampak sangat bahagia ketika dirinya akan bertemu dengan Murteza. Pertemuan yang selalu diinginkan Reina dari jauh-jauh hari. “Aku ga tega ngerusak kebahagiaan dia,” ucapnya dalam hati.

“Hei, kenapa natap aku kayak gitu?” tanya Reina penasaran.

“Eng...gaak.”

Reina dan Intan pun sudah duduk di taman beberapa menit yang lalu. Mereka berdua memakan jajanan pinggir jalan sembari menunggu kedatangan seseorang. Tiba-tiba Reza datang menghampiri mereka berdua, merusak suasana hati Reina.

“Hei, kalian lagi pada ngapain di sini?”

Kedatangan Reza dihiraukan oleh Reina. Ia hanya sibuk menunggu kabar dari Murteza yang sebentar lagi akan sampai.

“Keliatannya ngapain?” ucap Intan datar.

“Aku boleh gabung kan di sini.”

Reina tidak menjawab permintaan Reza. Ia hanya menatapnya tajam menandakan bahwa kali ini ia sedang tidak ingin diganggu.

“Kita lagi ada janjian sama orang, jadi kamu jangan ganggu dulu ya” ucap Intan memperjelas isyarat Reina.

“Oh yaudah sorry.” Reza pun meninggalkan tempat tersebut.

“Yaah,” ucap Reina kesal sesaat dirinya mendapat DM yang berisi bahwa Murteza belum bisa bertemu dengannya hari ini karena tiba-tiba ada urusan penting di jurusannya.

Intan yang melihat wajah Reina tampak kesal pun memberanikan bertanya, “Re, ada apa?”

“Ka Eja ga bisa dateng.”

“Tuhkan bener.”

“Bener apa?” tanya Reina penasaran.

“Iya Re. Ka Murteza itu ga bakalan pernah dateng dan nepatin janjinya buat ketemu sama kamu. Dia itu Cuma cari popularitas aja di kalangan mahasiswa. Teman-temanku juga sering dijanjiin kayak gitu tapi belum pernah ada yang terwujud, semuanya pasti gagal dengan beberapa alasannya”.

“Tan, dia enggak gitu kok orangnnya. Naluriku bilang dia orang baik kok.”

“Yaudah terserah kamu, kalo kamu ga percaya. Kamu cari tau aja sendiri dia gimana sebenarnya biar semuanya jelas.”

Reina terdiam setelah mendengar ucapan Intan yang hati kecilnya membenarkannya. Tetapi ia masih belum percaya kalau Murteza hanya mempermainkannya. Ia tidak melihat hal-hal yang mencurigakan dari sosok Murteza. Ia sangat tahu jika ada orang yang mempermainkannya karena ia sudah banyak belajar tentang psikologi. Tapi, baginya Murteza adalah sosok yang benar-benar sangat misterius dan susah ditebak. Mungkin saran dari Intan dengan dirinya mencari tahu sendiri siapa sebenarnya Murteza akan menenangkan hatinya yang bimbang.

“Gue gak bisa lama-lama bohongin Reina, gue harus jujur,” ucap seorang lelaki yang baru saja mengirimkan DM kepada Reina.

~~~

“Na, malam ini ayah sama bunda ada undangan ulang tahun pernikahan teman ayah, kamu ikut ya!” ajak bunda merapikkan rambut anaknya yang tergerai.

Sejenak Reina terdiam, berfikir apakah ia tidak mempunyai janji dengan siapapun. Tetapi pikirannya masih memikirkan apa yang diucapkan Intan tentang sosok Murteza yang sebenarnya.

Bundanya tersenyum menunggu respon dari putri satu-satunya tersebut.

“Nana harus ikut ya bun?” tanyanya memastikan.

Sebenarnya Reina tidak terlalu suka ketika ia harus ikut ke acara ayah dan bundanya ditambah lagi saat ini ia sedang bad mood akibat memikirkan sosok Murteza yang sebenarnya. Sosoknya memang sangat misterius dan susah ditebak.

“Iya Na, soalnya bibi belum pulang dari kampung. Bunda enggak mau ninggalin Nana sendirian di rumah. Nana kan putri satu-satunya Bunda” peluk Bunda erat.

“Iya deh Bun.” Reina pun membalas pelukan bundanya dengan pelukan yang sama erat. Ia sangat menyayangi Bunda, bunda adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti dirinya. Meskipun ia tidak pernah berani untuk bercerita seputar kisah cintanya kepada Bunda. Namun Bundanya seolah selalu mengerti kisah Reina.

“Yaudah siap-siap ya,” bunda pun meninggalkannya yang masih memikirkan sosok Murteza.

“Udah ah, ngapain aku mikiran ka Eja, toh dia kan baru banget aku kenal, ya meskipun aku udah nyaman tapi aku gak mau terlalu memikirkannya,” ucap Reina pelan dan langsung bersiap-siap.

“Gue harus mulai dari mana buat jelasin semuanya kepada Reina,” ucap bimbang lelaki yang sedang menatap DM Reina.

~~~

Dress berwarna hitam dengan pita putih membalut tubuh mungil Reina, rambut pirangnya sebahu sengaja ia gerai, ia sudah siap pergi ke rumah teman ayah bundanya. Ia asyik memainkan handphone di ruang keluarga sembari menunggu ayah dan bundanya.

Lihat selengkapnya