Arah

Dierdyah
Chapter #3

Ketakutan

Seketika tubuhku terasa lemas, jantungku berdetak sangat cepat daripada biasanya, fikiran ku terasa berantakan tidak karuan, satu kejadian yang membuatku merasa sangat cemas, takut dan khawatir selalu saja menghantui ku, dan sering tiba-tiba muncul begitu saja, perasaan putus asa dan hilang arah seringkali muncul dibenakku setiap kalinya.

Entah apa yang membuatku merasa seperti ini, tapi sepertinya ini adalah peristiwa yang kualami saat aku masih kecil. Perlahan tubuh ini seperti bingung harus bagaimana dan apa, rasanya semua energi yang dimiliki seperti terkuras habis dan tak berdaya.


"Deg deg deg deg deg" suara detak jantungku semakin kencang dan berdetak cepat, " astaga, kenapa perasaan ini muncul lagi?" Tanya Rezel dalam hati, ia seringkali merasakan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan setiap kalinya. Saat hal itu terjadi ia juga bingung harus bagaimana dan apa karena ia tidak pernah menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya, sekalipun itu ibunya sendiri. Karena ia tahu betul, jika ia menceritakan apa yang ia alami saat ini orangtuanya tidak akan pernah mau mendengarnya bahkan selalu menghakimi nya, jadi Rezel sangat takut dan selalu memendamnya seorang diri.


"Arggghhhh" rintih Rezel pada dirinya sendiri

Kepalanya perlahan juga mulai sakit, ia juga merasa tidak nyaman dan sangat takut sekali saat ini, sedangkan dirumahnya ia hanya seorang diri, Mama nya sedang pergi bersama teman-temannya. Kejadian tadi pagilah yang membuatnya seperti ini, saat ia hendak pergi ke minimarket ia bertemu dengan salah seorang tetangganya, yang tak lain adalah orang yang selalu dikenal oleh banyak orang, dan orang tersebut mengomentari Rezel karena dia merasa Rezel adalah orang yang terlalu kuper dan menutup diri. Bahkan Rezel tidak sempat menyapa tetangganya tersebut karena ia memang tidak bisa untuk menegur ataupun berbasa basi duluan. Nah, karena hal itu mental Rezel seperti tiba tiba dihajar, ya walaupun menurut sebagian orang itu adalah hal yang sepele, tapi menurut Rezel ia sangat tidak bisa diperlakukan seperti itu, karna selama ini ia sudah berusaha menjadi sebaik mungkin walaupun belum tentu semua orang bisa menerimanya. Maka dari itu ia juga merasa kalau ia tidak pantas bahagia, bahkan untuk berteman pun Rezel selalu memikirkan bekali kali bahkan berpuluh puluh kali. Karna ia takut jika seseorang tidak mau bahkan malu berteman dengannya karena kepribadiannya yang cenderung pemalu dan pendiam. Ia selalu beranggapan bahwa ia membosankan.

Lihat selengkapnya