"Prabhu, tolong hukum mati saja dia, mental orang ini memang agak terganggu, lagipula kita sudah memperbaiki dampak dari tindakannya," ucap seorang pria berambut panjang yang terlihat membungkuk ketakutan.
"Oh ayolah tuan Bhatara, dia coba membakar satelit, itu bisa merusak jaringan informasi kita. Gimana Yusuf, apa lemari pendinginnya sudah siap," ucap Ihsan.
"Sudah kok," ucap Yusuf dari belakang.
"Apa sebenarnya yang membuatmu ingin melakukan ini Prabhu, hukuman mutasi ini terdengar terlalu kejam," ucap pria bernama Bhatara tadi.
"Tuan Bhatara, kalkulasi kejahatannya memang begitu, dia tidak membunuh secara langsung tapi menciptakan kekacauan besar di sebuah wilayah, wajar kalau kita proses hukumannya dengan mengacaukan dirinya juga kan," ucap Yusuf.
"Tapi Prabhu, ini terlalu kejam," ucap Bhatara.
"Saat ini Dunia sedang ditata ulang dan sedang banyak terjadi kekacauan sedangkan Dunia perlu melihat kita sebagai juru selamat, kalau kita langsung menangani semua konflik sipil yang ada Dunia hanya akan ketakutan dengan keberadaan kita jadi kita perlu agen pemusnah untuk mengerjakan tugas kita, aku akan menamai yang ini Raktabija," ucap Ihsan sambil memegang kepala kriminal tadi.
"Tapi bukankah ini terlalu kotor," ucap Bhatara.
"Memang, kita pemerintah wahai tuan Bhatara, bukan pahlawan, selagi sebuah tindakan bisa mengantarkan kita pada kebaikan yang lebih besar maka kita perlu melaksanakannya, lagipula aku juga sedang menyiapkan pahlawan untuk ini," ucap Ihsan sambil mulai mengalirkan energinya yang seketika merubah tubuh pria dihadapannya menjadi merah darah dan mulai menumbuhkan beberapa tangan dan tanduk lalu berniat menyerang Ihsan yang saat itu juga langsung mengikatnya dan menyimpannya di lemari pendingin yang disiapkan Yusuf.
"Siapa itu," tanya Bhatara.
"Kembang sepatu yang tumbuh dari pohon keluargamu," ucap Ihsan yang seketika tersenyum lebar.
...
Sementara itu disiang hari, truk makanan Shafa dan Rafi terlihat buka didepan alun-alun.
"Hhh masih belum ada yang beli," gumam Shafa dari dalam truk makanannya.
"Sabar, namanya saja hari pertama, ayah juga bilang kalau bisnis gak bisa langsung besar," ucap Rafi sambil menunggu datangnya pembeli.
"Iya sih, eh Rafi, apa kau merasa kalau sekarang mencari makanan jauh lebih mudah, mungkin itu alasannya," tanya Shafa.
"Nggak gitu dong, kau gak bisa menuduh kemudahan yang terjadi pada semua orang menjadi penghambat datangnya rezeki kita, kalaupun hari ini belum laku kita bisa makan sendiri hahaha," ucap Rafi.
"Tapi menurutmu gimana, apa semua kemudahan ini justru akan merugikan sebagian orang," ucap Shafa.
"Itu tidak bisa dihindarkan Shafa, gak semua orang akan diuntungkan dengan kelimpahan yang terjadi setelah terpilihnya Maheshwara dan seluruh jajarannya tapi aku tidak melihat sedikitpun kita dirugikan disini," ucap Rafi.
"Hmm, mereka ngapain aja sih," tanya Shafa sambil mulai memanggang daging.
"Entahlah," sahut Rafi.
Tak berapa lama dari itu, sepasang pengunjung terlihat datang menuju truk makanan mereka karena semerbak bau daging yang dipanggang Shafa. Melihat itu Rafi terlihat sedikit lebih antusias tapi mereka hanya berhenti sebentar sebelum berjalan pergi untuk menuju toko terdekat.
"Hmmmh, begini lagi, ya sudahlah nampaknya memang belum rezekinya," gumam Rafi.
"Udah, kita makan siang dulu, nanti kalau ada pembeli kita langsung masakkan saja," ucap Shafa sembari memotong daging panggangnya menjadi dua sebelum akhirnya mereka makan dengan kentang rebus.
...