"Jadi gak bisa ya kita berjualan semahal itu," gerutu Shafa sambil mengangkat kotak-kotak berisi bahan makanan.
"Bisa kok, masih kita simpan juga kan, tapi memang gak semua orang bisa beli, target pasar kita masih sama tapi sayangnya kemarin kita salah prediksi, target kita nampaknya terlalu tinggi saat bisnis kita masih belum punya nama," sahut Rafi.
"Eee maaf, mungkin itu karena aku mengertinya kualitas daging yang benar-benar bagus segitu," ucap Shafa.
"Hahaha, wajar lah, tapi harga daging itu memang untuk kelas masyarakat yang sudah sangat mapan, kita memang harus mulai dari awal lagi," sahut Rafi.
"Baiklah," sahut Shafa.
...
Beberapa saat kemudian ditengah jalan menuju rumah potong Shafa dan Rafi diperlihatkan sebuah pemandangan yang cukup membuat mata mereka terbelalak. Segerombolan belalang terlihat terbang diatas mereka dan menggelapkan langit menuju persawahan.
"Rafi, aku ada ide," ucap Shafa.
"Kau berniat menjadikan mereka bahan makanan ya," tanya Rafi.
"Harusnya kandungan gizi mereka mirip dengan udang, aku bisa siapkan cara mengolahnya, tapi pertama kita perlu memburu mereka," ucap Shafa sembari bergegas turun dari truk makanan sebelum bergerak cepat menuju awan belalang itu.
Tak lama kemudian Shafa mulai memercikkan asap dari tangannya dan dengan cepat terbang melintang untuk membentuk jaring asap sebelum akhirnya memenuhi bagian yang dipenuhi belalang dengan asap hingga mereka semua pingsan. Tepat setelah itulah Rafi mengumpulkan belalang-belalang tadi dengan karung besar yang mereka miliki sebelum membawanya kedalam truk.
"Dengan begini kita bisa menjual menu-menu baru dan menu lama yang sudah disesuaikan," ucap Rafi.
"Kau tau Rafi, mungkin kita bisa membuka pintu bagi usaha jenis baru," ucap Shafa sambil melihat-lihat gawainya.
"Huh!?, gimana maksudmu," tanya Rafi.