"Hup, hmmm dapat lagi," ucap Shafa sambil mengangkat seekor terwelu sebelum menaruhnya di kandang berjalan.
"Jadi sejak kapan terwelu ini jadi masalah bu," tanya Rafi pada petani setempat sambil menarik sebuah kandang penuh terwelu.
"Masih baru-baru ini, makasih ya udah mau menolong, awalnya katanya untuk ketahanan pangan tapi saat beberapa lepas jadinya malah seperti ini," ucap ibu petani itu.
"Owh, jadi kalian mengkonsumsi terwelu ini juga," tanya Rafi.
"Iya, tapi ya begitu, lebih banyak merugikan warga daripada menguntungkan, padi dan jagung disini habis dimakannya, pusinglah pokoknya," ucap ibu tani itu.
"Tenang saja bu, kami akan bantu populerkan olahan terwelu ini agar kalian juga bisa menjualnya, kalau masih ada banyak, rawat saja kucing-kucing yang agak besar biar setidaknya jadi makanan kucing dan tidak mengganggu lumbung, biarkan kucingnya berburu dan jangan diberi makan, nanti mereka akan mencari makan sendiri," ucap Shafa.
"Eeeh, Shafa, solusimu itu akan membawa masalah baru kesini, bisa habis burung-burung disini dimakan kucing," ucap Rafi.
"Heh!?, uhh benar juga, gimana dong," tanya Shafa.
"Hmmh, gini aja bu, kalau semisal ada ular, biawak, burung hantu atau predator setempat apapun, tolong jangan dibunuh, usir hanya kalau mengganggu, nanti mereka akan memakan terwelu-terwelu itu, sama kalau semisal enak beberapa tolong ditangkap dan dibesarkan, kalau terwelu-terwelu ini dirawat dengan baik dagingnya akan lebih enak, dijaga sebisa mungkin saja, gausah terlalu berlebihan tapi juga jangan asal berserah diri, yang ini kami ambil beberapa buat kami, sisanya untuk kalian," ucap Rafi.
"Siap mas, makasih ya, nanti tak bagikan," ucap ibu tani itu.
Mendengar hal itupun Shafa dan Rafi akhirnya mengambil belasan terwelu untuk kemudian mereka segera sembelih dan dilanjutkan dengan dibersihkan, dipotong-potong dan direbus sebentar sebelum akhirnya mereka angkat dan masukkan dalam kotak yang mereka isi dengan bumbu marinasi dan semua proses itu dilihat dan dicatat oleh warga setempat untuk selanjutnya dapat mengolah sendiri binatang yang sebelumnya mereka anggap hama itu. Tak lama kemudian mereka mengecilkan kotak itu dan membawanya kedalam truk makanan yang segera berangkat menuju alun-alun untuk menjualnya.
...
Sesampainya di alun-alun mereka segera menjual lagi makanan mereka dengan menu harian yang kini menyajikan satwa-satwa invasif sebagai menu. Hari itu meski mereka sempat mendapatkan beberapa kecaman dari penggemar binatang peliharaan tapi untungnya keberadaan Rafi benar-benar bisa menolong kelangsungan bisnis mereka dengan menjelaskan setiap fakta tentang spesies invasif yang merusak ekosistem yang dengan itu justru membuat produk mereka semakin digemari oleh masyarakat sekitar yang mulai melek terhadap pengetahuan umum.