Senin, 3 November 2014. Pagi itu perburuan baru saja selesai dan daging rusa liar sedang diolah oleh Shafa dan kedua koki barunya, hal itu juga diselingi demontrasi pengolahan yang diperagakan oleh Shafa yang saat itu memilih untuk membuat dendeng daging untuk membantu mengurangi baunya serta membuatnya renyah sementara warga disana memperhatikan setiap langkah dan mulai menirunya namun bukan hanya itu, beberapa kamera mulai meliput pekerjaan mereka agar semua orang mulai mengerti tatacara pengolahan satwa invasif yang saat itu mereka buru.
"Kau yakin akan merekam hal ini tuan, bukannya rusa itu gak invasif disetiap tempat, bagaimana kalau ada salah paham dan beberapa habitat rusa punah," ucap Rafi.
"Aku juga sudah menerapkan batasan jelas tentang satwa invasif, siklus perkembangannya dan juga perkembangbiakan minimal yang harus terpenuhi sampai itu disebut satwa invasif, perburuan liar juga dibatasi dengan harga peralatan berburu yang berbeda dengan harga barang biasa," sahut Sandi.
"Perbedaan koin pembayaran itu benar-benar membantu regulasi peralatan tapi tetap saja tuan, gak banyak yang bisa kita lakukan jika warga mulai mencoba-coba," ucap Rafi.
"Kau tidak perlu terlalu khawatir, sebenarnya satwa invasif seperti ini adalah imbas dari kurang lengkapnya ekosistem, mereka tak merusak alam, hanya mengganti pemain-pemain didalamnya dengan yang lebih efektif dari sebelumnya, awalnya keunikan akan hilang tapi nanti begitu semuanya kacau mereka akan berkembang menjadi sesuatu yang akan mengisi rantai makanan yang rumpang tapi disaat ekosistem tidak imbang itulah manusia mencoba mempertahankannya, memberi waktu bagi makhluk hidup lain untuk beradaptasi dengan perubahan yang pasti terjadi," ucap Sandi.
"Kau mengatakan semua itu karena kau juga yang memperkenalkan satwa-satwa dan ekosistem aneh ini kan," ucap Rafi.
"Aku hanya menyampaikan saja, kalau kalian bisa berangkat ke salah satu dari kelima kahyangan kalian akan tau, oiya ekspedisi kalian harus berjalan mulai hari ini," ucap Sandi.
"Lima kahyangan!?, tempat tinggal kelima bersaudara itu ya," ucap Rafi.
"Iya, sebenarnya ada sebelas jika keraton Chakravarthy juga dihitung tapi aku tau sih kenapa hanya lima yang dihitung kahyangan, lima planet itu memiliki daur hara yang jauh lebih cepat daripada tempat lain sehingga menciptakan lingkungan yang benar-benar asing," ucap Sandi.
"Sebelum dharmayudha aku juga pernah sesekali main ke Suralaya untuk menjenguk saudariku, tempat itu memang sangat indah tapi semenjak pecah perang lalu diakhir dharmayudha Shafa diusir aku belum pernah lagi kesana, memangnya ada perubahan," ucap Rafi.
"Banyak, Suralaya adalah contoh utama dari tipe biosfer Shmashana Ksetra dan tercatat memiliki daur hara paling masif diseluruh Dunia, diawal aku datang kesana suasananya memang sangat indah tapi entah kenapa sekarang tempat itu seperti kehilangan sesuatu sehingga sekarang menjadi lingkungan yang sangat mengerikan, dengan perputaran hara secepat itu masyarakat harus memiliki kemampuan yang sangat mumpuni serta kerjasama yang sangat rapi hanya untuk bertahan hidup tapi kalau berhasil maka akan sangat menguntungkan, Suralaya adalah definisi sukses atau mati," ucap Sandi.
"Semengerikan itu ya, bisakah kau bercerita tentang yang lain," tanya Rafi.
"Boleh saja, Ariloka, tempat tinggal Narayana adalah percontohan biosfer tipe Garbhodaka Sagara, disana kau akan hamparan samudra luas dan dalam yang berisi makhluk-makhluk yang begitu beragam, kalau beruntung kau akan menyaksikan pengadukan lautan yang sesekali akan dilakukan warga disana untuk mendapatkan amrita, lalu ada Satyapura, tempat tinggal Brahma yang merupakan percontohan biosfer Hiranyagharba Graha dengan berbagai macam iklim uniknya yang mengakibatkan variasi-variasi unik dan langka untuk makhluk hidup yang tinggal disana, lalu untuk tempat tinggal Ganesha ada Astaparvatam yang merupakan percontohan biosfer Svananda Varsha yang terkenal memiliki makhluk hidup berukuran kolosal, terakhir ada tempat tinggal Kartikeya yang iasa disebut Palani dan merupakan percontohan biosfer Arupadai Veedu yang terkenal dengan berbagai makhluk agresif sebagai tempat latihan militer, makhluk hidup dari kelima kahyangan ini sangat dibatasi untuk dibawa keluar karena sangat berbahaya bagi ekosistem, baru-baru ini ada orang yang cukup sembrono untuk meminta alga darah langsung dari Suralaya tapi akhirnya dia dikirimkan sampel dari Ariloka yang jauh lebih jinak tapi hasilnya dia bangkrut karena tak sanggup menghadapi perubahan ekosistem yang ekstrem, berbagai macam satwa endemik juga punah, kau bisa mengatakan itu adalah event kepunahan massal yang terjadi hanya dalam dua hari, sekarang planet itu sedang membeku karena konsentrasi oksigen yang naik drastis dan juga manusia harus berperang melawan serangga yang membesar karenanya," ucap Sandi.