Ardanareshwar

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #11

Pemelihara

"Kurasa mereka sudah siap untuk mendapatkan pegawai baru cak," ucap Ihsan sambil mambawa beberapa ubi bakar dan sekotak susu kemeja makan.

"Aku tidak tau bisnis mereka akan berkembang secepat ini," ucap Alim.

"Baguslah kalau cepat, bisa bantu-bantu keuangan di beberapa tempat, gimana, dia jadi kau ikutkan," tanya Ihsan.

"Prospeknya menarik, kurasa layak dicoba," ucap Alim sambil memakan ubi bakar didepannya.

...

Malam harinya disebuah tempat di jantung kerajaan bernama Mataram, disebuah ruangan bawah tanah seorang gadis sedang menyibukkan dirinya memperhatikan potongan-potongan tubuh manusia yang dia simpan dengan rapi didalam ruangan pendingin yang begitu luas sambil memakan sepotong ayam pop yang membeku didalam ruangan itu. Renyah suara kepingan es dan tulang memenuhi ruangan yang sepi itu saat gadis tadi perlahan menelan setiap bagian dari makanan bekunya dan mengunyah minumannya yang membeku.

"Hmm orang-orang bodoh itu, kasian sekali mereka, keracunan olahan makhluk invasif ya," gumamnya ditengah lemari pendingin raksasa itu.

Sementara itu dari sisi luar ruangan seseorang terlihat mengetuk pintu saat gadis tadi hanya menatap dengan bosan mencoba menghiraukan suara yang dia anggap tidak penting itu. Saat itu dengan santainya dia menghidupkan komputernya dan mulai meracik sebuah senyawa didalamnya sampai akhirnya dia perhatikan lagi pintu itu karena terusik dan melihat dari kaca seseorang tadi menuliskan kedatangan Alim kesana. Melihat itu tanpa berpikir panjang lagi gadis itu beranjak dari mejanya dan akhirnya membuka pintu itu dan keluar darisana.

"Akhirnya kau keluar roro putri Shifa, diluar Narayana sedang menunggu," ucap orang tadi.

"Kenapa kau tidak bilang dia akan datang mbak," bisik gadis bernama Shifa tadi sambil merapikan pakaiannya.

"Aku tidak tau, dia datang secara tiba2," ucap orang tadi.

"Grrrh, gawat," gumam Shifa sambil bergegas menuju ruang tamu.

...

Sementara itu di ruang tamu.

"Ahahaha, jadi kau juga ingin mengawinkan garuda milikmu ya, kenapa gak dikandang aja nak Alim, kau kan sibuk," ucap seorang pria sambil menuangkan secangkir teh untuk Alim.

"Namanya hobi pak Dani, lagipula aku juga butuh laporan lapangan untuk tugasku, sekalian kan untuk mengawinkan garuda di habitat aslinya," ucap Alim saat tiba-tiba Shifa tiba.

"Oh begitu ya, menarik, akhir pekan ini aku mau ikut lihat lah, eh ini dia, ngapain lagi kamu di ruangan bekumu itu nduk," tanya pria bernama Dani tadi.

"Biasa ayah, bikin obat," ucap Shifa.

"Hhh obat dari ahli farmasi setempat masih belum cukup kah nak!?, eman-eman lho kesehatanmu sayang," tanya Dani.

"Tidak ayah, aku tidak bisa membiarkan obat-obatan murahan itu digunakan oleh orang-orang apalagi orang-orang itu adalah keluargaku sendiri, aku tidak rela keluargaku menjadi kelinci percobaan, itu akan mencoreng nama baikku sebagai dokter," ucap Shifa.

"Hhh, mulai lagi, kurasa idemu itu masuk akal nak, dia memang harus sedikit berlibur," keluh Dani.

"Iya pak, gimana, kau apa aku yang menyampaikan," tanya Alim.

"Biar aku sajalah," ucap Dani.

"Oke," sahut Alim.

"Nduk, kamu gak mau berlibur sebentar kah sayang, kamu nampaknya sudah lelah," ucap Dani.

"Tidak bisa ayah, obatnya belum jadi," ucap Shifa.

"Biarkan yang lain yang meraciknya, toh banyak yang bisa," ucap Dani.

"Tapi itu kurang bagus ayah," bantah Shifa.

"Shifa!!, gak semua orang bisa sesuai dengan standarmu itu dan sikapmu inilah yang membuat mereka gak bisa mencapai standarmu," bentak Dani.

"Uhmm iya ayah, tapi kan," gumam Shifa yang tiba-tiba terhenti menyaksikan beberapa multivitamin dimeja ayahnya.

"Kenapa sih sayang, kamu kok gak percaya sama orang lain, mereka juga tenaga medis sepertimu, beberapa bahkan belajar dari tempat yang sama denganmu belajar dulu, bahkan beberapa belajar langsung darimu. Kapan kamu bisa melihat orang lain tumbuh kalau kamu injak-injak mereka semua," ucap Dani.

"Maaf ayah," ucap Shifa.

"Mungkin kamu terlalu stress dengan pekerjaanmu sayang, mungkin kamu perlu liburan, nak Alim bilang seperti itu dan kurasa kali ini kamu perlu mendengarkannya," ucap Dani.

Lihat selengkapnya