Ardanareshwar

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #12

Sri

Jum'at, 7 November 2014. Hari itu Shafa melakukan pembukaan kecil-kecilan untuk restoran barunya. Disana para pelanggan mereka mulai berdatangan dan makan dengan lebih tenang setelah sebelumnya harus mengantre di alun-alun yang riuh. Hal ini juga membuat Shafa dan krunya tak lagi terlalu bingung dengan cuaca mengingat kini mereka menempati bangunan disudut jalan setapak yang meski tak ramai namun cukup baginya untuk menjalankan usaha kecilnya.

"Hmm, nama restoran ya, aku belum pernah memikirkan itu," ucap Shafa sambil membersihkan daging kerang.

"Dasar, kau mau restoranmu ini terkenal atau tidak sih," tanya Shifa sambil mencuci piring.

"Mau sih, tapi menyesuaikan kemampuan karyawan sajalah, gimana menurutmu mbak," ucap Shafa.

"Aku sih manut aja nona," ucap Diana.

"Bikin ajalah nona, biar mantep," seru Heri sambil mengambil pesanan.

"Lihat, karyawanmu kayaknya setuju," ucap Shifa.

"Hmm bingung, mereka mungkin sedang senang saja karena tiba-tiba didatangi Narayana sebelum pembukaan," ucap Shafa.

"Itu karena aku tiba-tiba dia masukkan," sahut Shifa.

"Hhh, jadi tukang cuci piring aja bangga," ucap Shafa.

"Heh, kalau bukan karena aku gak bersih restoranmu," ucap Shifa.

"Iya, terimakasih mbak Cipa, uhh baiknya pembantu kita," sahut Shafa.

"Kurang ajar kau Shafa, maumu apaseh," ucap Shifa.

"Eh, aku atasanmu ya disini, yang agak sopan dikit kau," ucap Shafa.

"Hhh, setidaknya aku bukan wanita buangan sepertimu," sahut Shifa.

Seketika itu juga Shafa terdiam tak mengerti harus mengatakan apa. Perlahan dia balikkan badan sambil meneruskan pekerjaannya. Sambil membalik daging ikan itulah raut wajahnya perlahan muram menahan air matanya agar tak jatuh ke makanan.

"Benar juga, aku cuma wanita buangan, dia masihlah Sridevi yang terhormat sementara aku hanya Shafa, wanita biasa yang kebetulan agak cantik, ahh itu bukan kelebihan yang pantas kubanggakan, wanita malam juga cantik," pikir Shafa dalam diamnya sambil terus menyelesaikan pesanan demi pesanan.

Disisi lain Shifa hanya diam, meneruskan pekerjaannya. Mengelap piring dan gelas sambil membersihkan kompor sampai akhirnya dia menyaksikan tetes demi tetes air mengalir dari wajah Shafa yang coba tetap tenang dalam tangisnya.

"Apa yang kulakukan," pikir Shifa sambil melanjutkan mengelap barang-barang disana.

...

Malam harinya saat restoran tutup. Dua truk yang sebelumnya mereka pakai berjualan makanan akhirnya tiba membawa daging buruan untuk stok mereka esok hari lalu semuanya segera dirapikan agar karyawan bisa tidur. Rencananya para karyawan laki-laki akan tidur di truk dan karyawan perempuan tidur didalam kamar ruko namun sebelum mereka tidur, mereka berencana untuk memberi nama untuk restoran kecil mereka.

"Hmm logonya udah singa kecil, nama ya, ini rumit juga, harusnya nama dulu baru logo tapi aku keburu bikin stiker dan semuanya suka hahaha, eee gimana Shafa," ucap Rafi.

"Gak tau Rafi, mungkin gak usah dulu kalau gak ada ide," ucap Shafa lirih.

Lihat selengkapnya