Jum'at, 21 November 2014. Malam hari.
"Hmm kurasa daerah ini cocok untuk menjadi arena," gumam Kusuma didepan sebuah dataran kosong tak berpenghuni.
"Kau benar-benar mengadu cucumu sendiri dalam arena pertarungan," ucap istrinya yang ada disebelahnya.
"Ini permintaan mereka Eli, kau sudah siapkan posternya kan!?, oiya sekalian bilang pada Sundara Chakravarthy bahwa akan ada arena pertarungan baru untuk dia pakai melakukan tugasnya," ucap Kusuma sambil mulai menggerakkan bumi dengan tangannya.
"Itu kalau arena ini tetap bertahan setelah pertarungan dua anak itu," ucap istrinya yang bernama Eli itu.
"Hahaha, kalau mereka melepas kontrol atas energi mereka maka planet ini juga akan hancur lebur tapi kelas mereka sangat berbeda dengan manusia biasa, anggap saja pertarungan ini untuk membuat Dunia ingat tentang kekuatan tempur para veteran dharmayudha," ucap Kusuma sambil menyelesaikan pembuatan arenanya.
"Baiklah, aku sudah siapkan kok posternya, besok akan kusebar," ucap Eli.
Mendengar itu Kusuma hanya tersenyum sambil berbalik meninggalkan tempat yang sudah berubah menjadi sebuah yang begitu luas dengan sebuah dataran melingkar yang dikelilingi dengan delapan pohon raksasa sebagai pilar yang menopang tribun penonton.
...
Keesokan harinya di restoran.
"Ah, lihat Shafa, Shifa, ada poster untuk pertarungan kalian," ucap Rafi.
"Waha, aku jadi penasaran sekuat apa kalian ini," ucap Agam antusias.
"Hmm persiapkan dirimu, dua perempuan ini agak berbahaya," ucap Rafi.
"Maksudmu gimana mas," tanya Agam.
"Seluruh veteran dharmayudha setidaknya memiliki level kecakapan tempur dikelas maharathi dan dua orang ini bukan veteran biasa," ucap Rafi.
"Kau terlalu melebih-lebihkan kemampuan kita Rafi, jangan begitu," ucap Shafa.
"Aku tidak melebih-lebihkan, hhh apapun itu Shafa, jangan lepaskan wujud mahakali," ucap Rafi.
"Baiklah," ucap Shafa.
"Yahh Rafi, gak seru, kau kan bisa menghentikannya kalau semisal aku ternyata kalah," ucap Shifa.
"Hhh gak boleh, wujud itu terlalu liar, menghentikannya bukanlah hal yang mudah," ucap Rafi.