Jum'at, 28 November 2014. Keraton Satyapura.
"Hmm, mereka bersenang-senang tanpa diriku lagi," gerutu seorang gadis berambut merah panjang didepan gawainya melihat rekaman pertarungan Shafa dan Shifa.
"Hahaha, gimana, kau tertarik untuk tinggal bersama mereka," tanya Yusuf.
"Kau tidak bilang mereka akan mengadakan kegiatan seperti ini, aku kan juga mau Yusuf," ucap gadis tadi.
"Aku juga tidak tau mereka akan melakukan ini. Oiya Sekar, letakkan data-datanya disini," ucap Yusuf sambil meminta gadis tadi meletakkan barangnya dimeja kerjanya.
"Oke. Ehmm kau lagi bikin apa Yusuf," tanya gadis bernama Sekar tadi.
"Desain terbaru brahma kavacha," ucap Yusuf.
"Sudah ada lagi ya," ucap Sekar.
"Ini desain untuk Dunia pasca perang, lebih dikhususkan untuk membantu kegiatan sehari-hari dengan program yang lebih ringan dan mudah dipahami," ucap Yusuf.
"Aplikasinya dalam pertempuran bagaimana," tanya Sekar.
"Itu tergantung penggunanya nanti, aku hanya membuat sistem pembuatan materialnya lebih ringan saja, di seri keempat ini aku ingin melihat bagaimana orang-orang menggunakan kreativitasnya dalam memaksimalkan potensi brahma kavacha di Dunia pasca perang ini, aku ingin melihat berbagai macam kejutan yang akan terjadi karenanya, aku sudah membuat versi pertama untuk membantu negaraku berkembang, versi kedua untuk memulai perang, versi ketiga untuk menghadapi puncak perang dan di versi keempat ini aku ingin melihatnya digunakan untuk membangun Dunia baru," ucap Yusuf.
"Kau sudah berbuat begitu jauh untuk semuanya, apakah tak ada yang bisa kulakukan untuk benar-benar membantumu," tanya Sekar.
"Cari taulah sendiri, kau sudah tertarik untuk membantu mereka bukan, aku sudah kirim koordinatnya bukan, sisanya kuserahkan padamu," ucap Yusuf.
Mendengar itu sebuah senyum kecil mulai terlukis diwajah kemerahan Sekar, tatapan matanya kembali mengarah ke gawainya sebelum akhirnya dia kembali melirik Yusuf sebelum akhirnya mereka mulai tertawa bersama.
...
Malam harinya disekitar wilayah restoran Shafa yang baru saja tutup.
"Dimana tempatnya sih, banyak banget jalan dari alun-alun ini," gumam Sekar yang kebingungan setelah berkeliling berusaha menyusuri jalanan disekitar alun-alun di sana.
Tak lama kemudian Sekar kembali coba membuka koordinatnya dan coba mencocokkan dengan area dihadapannya tapi bukannya menemukannya Sekar justru semakin bingung.
"Alamak, pertokoan disini bentuknya sama semua, kenapa Yusuf gak ngasih aku hologram berwarna sih, apa aku pakai bhaktanetra saja ya, ah janganlah, mending tanya orang disekitar sini," gerutu Sekar sambil mengatur hologram yang muncul dari gelangnya.
Tak lama kemudian akhirnya Sekar mematikan hologram ditangannya dan mulai berjalan mencari rumah yang masih beraktivitas dan mulai bertanya sampai akhirnya dia mendapatkan jawaban dan bergegas menuju lokasi hingga akhirnya dia melihat lokasi yang dia cari ternyata tersembunyi dibalik dua truk makanan besar yang sudah dia lewati sebelumnya.
"Matanee, kukira dimana, ketutupan truk ternyata namanya," racau Sekar sambil berjalan menuju pintu dan mengetuknya cukup lama.
"Kami sudah tutup," sahut Shafa dari dalam.
"Tolong buka saja," seru Sekar dari luar.