Ardanareshwar

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #26

Melodica

Aku mencintaimu wahai Prajnaparamita dan akan kujadikan dirimu Mahadevi wahai gadis yang baik.

...

"Hah!!!."

Shafa terbangun dari mimpinya pagi itu mengagetkan Shifa yang tidur didekatnya.

"Hmmmh, mimpi lagi Shafa!?," tanya Shifa separuh sadar.

Mendengar itu Shafa hanya mengangguk pelan sebelum beranjak dari dipannya meninggalkan Shifa yang kembali memejamkan matanya dan tertidur pulas. Saat itu Shafa berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Selesai minum Shafa juga mulai berinisiatif untuk ibadah malam lalu memotong buah-buahan dan membuat rujak untuk dia makan sembari menunggu waktu shubuh saat tiba-tiba Sekar juga keluar dari kamar dan mengambil segelas air.

"Kau terbangun lagi Shafa," tanya Sekar.

"Iya, mungkin karena kebiasaan dari dulu," ucap Shafa.

"Kau sudah bukan tentara vishkanya lagi, tak perlu kau begadang, tak ada misi dan laporan yang harus kau selesaikan," ucap Sekar.

"Iya, bagaimana kondisi vishkanya sekarang," tanya Shafa.

"Sudah banyak yang berubah, tak banyak kejahatan yang harus diselesaikan oleh pasukan khusus," ucap Sekar.

"Mungkin itu karena manusia memang melemah pasca perang," ucap Shafa.

"Dan karena itulah aku ingin segera mengundurkan diri," ucap Sekar.

"Bukannya kau memimpin vishkanya dengan sangat baik," ucap Shafa.

"Aku ingin meluangkan waktuku untuk keluargaku nanti, nampaknya memimpin regu tentara bayangan bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan sambil mengurus anak-anak," ucap Sekar.

"Keluarga ya, bukankah itu hal yang tidak pasti," tanya Shafa.

"Iya itu memang tidak pasti, tapi kita perempuan kan, kita yang menentukan mau berkeluarga atau tidak, bagi kita itu hanya masalah mau atau tidak dan aku mau berkeluarga, Dunia akan sedih kalau wanita seperti kita tak mau mengambil peran sebagai ibu," ucap Sekar sambil mengambil gitarnya dan mulai menyetelnya.

"Kita kan juga harus memilih," ucap Shafa.

"Yahh, itu benar juga, memilih akan membuat kita senang, tapi menerima selalu bisa membuat kita bahagia, kadang Tuhan menakdirkan sesuatu yang berbeda dengan keinginan kita, bahkan mungkin sosok yang kita idamkan sebenarnya bukan sosok yang kita inginkan, aku tidak tau kemana nantinya takdir akan berjalan dan mungkin baiknya memang kita tidak tau, dalam sepi kita bisa lebih mudah merasakan damai, kita hanya bisa berusaha mencocokkan saja," ucap Sekar sembari memainkan gitarnya.

"Kalau pilihan kita salah bagaimana," tanya Shafa.

"Oh Shafa, untuk wanita sekuat kita, siapapun pasangan kita akan cocok-cocok saja, ya hampir semua sih, ada sedikit yang memang kurang bisa ditolerir, karena kitalah yang mengukir siapa anak kita nanti, kalau kau dengar Yusuf bisa membuat banyak hal dengan sabar maka aku dengar rekaman suara lembut bunda Lia menemaninya menyusun blok mainannya menjadi rumah-rumahan, dia bahkan tak langsung mengajarinya, hanya meluangkan waktu untuk melihat anaknya yang kukagumi itu untuk tumbuh, mungkin hanya itu yang dibutuhkan, sebagai wanita, kita boleh gagal berbisnis, kita boleh gagal menjadi koki, kita boleh gagal menjadi dokter, boleh gagal menjadi musisi, boleh gagal menjadi ratu tapi kita tidak boleh gagal menjadi ibu, siapapun pria yang memilih kita nanti," ucap Sekar.

"Gimana kalau orang yang salah yang menjatuhkan pilihannya pada kita," ucap Shafa.

Lihat selengkapnya