Rabu, 3 Desember 2014.
"Akhirnya ketemu juga," gumam Sekar malam itu sebelum terlelap menunggu pagi.
...
Shubuh telah tiba dan Sekar membuka matanya dan menyaksikan Shafa dan Shifa sedang berbagi makanan saat dirinya berjalan menuju mereka untuk sekadar basa-basi sambil mengambil kudapan sebelum akhirnya berjalan menuju dapur dan memasak makanan untuknya sendiri.
"Koordinatnya sudah ditemukan, malam ini aku akan berangkat," ucap Sekar sambil menceplok telur.
"Ohh, hati-hati ya," ucap Shafa.
"Kalau perlu bantuan bilang saja," ucap Shifa.
"Semoga bisa sendiri lah, kalian harus mengurus bisnis ini bukan," ucap Sekar sambil menyelesaikan masakannya lalu membawanya ke meja.
"Itu benar tapi kalau kau memang perlu bantuan agar lebih cepat kami tetap bisa bantu, iya kan Shafa," ucap Shifa.
"Iya, kami akan datang kalau memang ada waktu," sahut Shafa.
"Sebenarnya aku curiga kalau anak-anak itu memang sedang mencoba menguji kita," ucap Sekar sambil mulai makan.
"Dengan pengaruh mereka sekarang itu masuk akal," sahut Shifa.
"Jangan berburuk sangka begitulah, mereka harusnya punya kesibukan lebih dari sekedar mengurus kita," ucap Shafa.
"Kau terlalu menganggap kecil dirimu sendiri Shafa, kenapa kau tidak lihat apa saja yang telah kau lakukan selama ini, kalaupun benar bukan untukmu, anggap aja untuk kami berdua, kau kena cipratan saja," ucap Shifa.
"Sesekali lihatlah kepada orang-orang yang membutuhkan bantuanmu, jangan selalu menatap langit yang tak ada ujungnya, berhentilah bandingkan dirimu dengannya dan coba lihat lagi orang-orang yang terbantu dengan keberadaanmu," ucap Sekar.
"Itu tidak masuk akal, kalau memang mereka memperhatikan kita dan sedang menguji kita maka kita harus sebanding dengan mereka dong," ucap Shafa.
"Ah gimana jawabnya ya, masak kubongkar sekarang rahasianya, ah gak gitu," pikir Shifa.
"Gak harus gitu Shafa, sambal juga gak harus jadi paling banyak dimakanan biar dikangenin, kita tak perlu punya cahaya seterang mereka untuk dianggap berharga, kita hanya perlu tau siapa yang membutuhkan kita," ucap Sekar.
"Entahlah, kurasa masih terlalu dini bagiku untuk berpikir begitu," ucap Shafa.