Malam telah tiba dan restoran akan segera tutup saat seseorang melangkah pelan menuju pintu restoran yang saat itu sudah mulai sepi. Dia perlahan melihat-lihat menu makanan yang tinggal sedikit sebelum akhirnya memesan menu steak untuk mengenyangkan perutnya. Tak berselang lama makanan siap dan diantarkan tepat kepadanya saat kemudian dia tampakkan wajahnya.
"Kakek Bhatara!!," seru Shafa dengan riang sambil berjalan keluar.
"Gimana kabarmu Shafa," tanya Bhatara.
"Baik, ada apa sampai engkau jauh-jauh kemari kek," ucap Shafa.
"Hmm mungkin lebih baik kalau kita bicara saat restoran tutup dulu," ucap Bhatara.
"Owh, baiklah, aku kerja dulu ya kek," ucap Shafa.
"Ya," sahut Bhatara.
...
Tak berapa lama kemudian Rafi akhirnya tiba membawa buruan dan sekaligus menjadi sinyal bagi Shafa untuk menutup restoran sebelum akhirnya berjalan menuju Bhatara.
"Cepat juga restoran kalian berkembang," ucap Bhatara.
"Alhamdulillah kek," ucap Shafa.
"Hei, kakek Bhatara, akhirnya kau datang juga kesini, gimana makanan disini, kau sudah coba kan," ucap Rafi yang baru datang.
"Udah kok, enak," ucap Bhatara.
"Haha, eh ayo Raul, Emon, Agam, bawa dagingnya masuk," ucap Rafi.
"Hmm, lumayan juga buruan kita kali ini," ucap Raul.
"Yoi, vyala bro, hampir penyet aku dipijaknya," ucap Emon.
"Aku penasaran, ada hewan lain yang lebih besar dari ini gak ya," ucap Agam.
"Banyak sebenarnya Gam, tapi yang paling berpotensi menjadi binatang invasif ya ini saja," ucap Rafi saat ketiga pria itu membawa bongkahan daging vyala yang sudah mereka potong-potong.
"Ah benar sih, yang bertelur cuma makhluk berleher panjang ini, hmm akhirnya cuma jadi pentol, heh!?, orang itu kayak kenal," ucap Agam.
"Iya, ini kakek Bhatara, Bhasa Chakravarthy," ucap Shafa.
"Owh, Bhasa Chakravarthy," gumam Raul, Emon dan Agam.
"Heeeeh!!!, Bhasa Chakravarthy," lanjut mereka begitu sadar.