Ardanareshwar

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #31

Pembimbing

Zahra!!.

Suara Steve menggema dari lorong menuju keatas balkon dimana seorang gadis menoleh sebentar sebelum akhirnya berjalan menemui Steve.

"Ada apa Steve," ucap gadis itu.

"Ngapain," tanya Steve.

"Gak ngapa-ngapain Steve, hanya sedang istirahat saja," ucap Zahra.

"Laporan keuangannya bagaimana," tanya Steve.

"Baru selesai, tapi Steve!?, boleh aku tanya," pinta Zahra.

"Gimana," tanya Steve.

"Mengapa engkau lebih memfokuskan pendidikan terhadap pengetahuan yang lebih umum, kenapa tidak mengambil rute untuk mendidik mereka membuka ketujuh cakra mereka dan mengeksplorasi kemampuan setelahnya, seperti kita," ucap Zahra.

"Karena itulah namanya umum sayang. Orang-orang seperti kita memang diperlukan tapi tak banyak dan kita juga tak bisa banyak, karena itulah aku ingin lebih fokus ke pengetahuan umum saja yang kadang bisa dipelajari hanya dengan sebuah interaksi, bisa disebarkan dengan tulisan dan membiarkan mereka membangkitkan ketujuh cakra mereka di sepanjang jalan meniti kehidupan," ucap Steve.

"Tapi bukannya lebih baik kalau banyak orang yang sekuat kita," tanya Zahra.

"Tapi gak banyak yang tau, gak banyak mau dan gak banyak yang mampu, kalaupun semuanya tau, mau dan mampu apakah kau menjamin kalau Dunia seperti itu akan lebih baik, menurutku Dunia ini lebih memerlukan orang-orang yang mau membantu dengan apa yang mereka punya, membiarkan mereka berinteraksi untuk perlahan membangun peradaban sebagai satu kesatuan umat manusia, seperti leluhur kita dahulu perlahan mengumpulkan dan merumuskan cara untuk membangkitkan ketujuh cakra kita, semua itu mungkin dimulai dari obrolan kecil yang sudah tidak kita pahami dari nenek moyang kita dulu yang sedang membakar buruannya, hingga kini kita melihat orang yang kita kenal menggoncang semesta, aku ingin lihat bagaimana sebuah pengetahuan mengubah masa depan, bagaimana manusia menenunnya bersama, apa yang akan tercipta darinya, aku ingin melihatnya, hal yang mungkin perlu ribuan tahun untuk terwujud, hal yang mungkin tak bisa kulihat dengan darah dan daging ini, hal yang mungkin hanya bisa kulihat saat menyaksikan rekaman kejadian di Dunia ini di Surga kelak, hal yang mungkin sama sekali tak akan kulihat, tapi apa salahnya untuk mencoba, kita juga takkan mengenal cakra jika orang-orang tua kita dulu tidak mencoba dengan rasa ingin tahunya, aku hanya penasaran saja Zahra," ucap Steve.

"Bukannya dengan begitu potensi seseorang takkan terbuka seluruhnya," ucap Zahra.

"Ya, tapi tak semua bagian tubuh manusia itu jadi kepala bukan, manusia bisa berfungsi secara utuh karena dia memiliki bagian-bagian yang berbeda namun saling bekerjasama, aku lebih fokus untuk melatih orang-orang untuk mengerjakan tugas yang jarang kita kerjakan, menjadi bagian-bagian kecil dari kehidupan yang jauh lebih besar, menjadi penghubung yang mengisi relung-relung kehidupan, sesuatu yang jarang kita perhatikan karena pandangan kita kadang terlalu luas untuk itu, mereka lebih ahli untuk ini," ucap Steve.

"Lalu bagaimana dengan orang-orang yang ingin mempelajari kanuragan, apakah sekarang kita sudah tidak mau mengurus orang-orang yang mau jadi penerus kita," tanya Zahra.

"Akhirnya kau menanyakan hal itu, aku senang saat engkau menanyakan siapa penerus kita karena kamu jauh lebih bisa membentuknya, jauh lebih mampu mewariskannya, kau perlu mencari jawabannya sendiri," ucap Steve.

"Kau masih ingin aku menuju ke tempat Shafa," tanya Zahra.

"Masih, itu saja yang kutau, mungkin takkan memuaskan pertanyaanmu, tapi setidaknya akan membantumu," ucap Steve.

"Lalu bagaimana denganmu, siapa yang akan membantumu mengurus pekerjaanmu disini," tanya Zahra.

"Banyak, selalu ada yang bisa menggantikan dirimu mengurus keuangan, sudah ada tim yang sekarang juga mulai kau lihat, tapi aku selalu ingin melihat sisi lain darimu wahai pujaan hatiku, sebuah sisi yang begitu kuat dan lembut yang baru kulihat dari ibuku, maukah kamu menumbuhkannya dari jiwamu," tanya Steve.

"Aku tidak yakin ada hal itu dariku, aku bukan perempuan yang lembut seperti itu, kupikir tidak ada gunanya aku disana, aku akan lebih berguna disini," ucap Zahra.

"Ada, mungkin beda saja wujudnya, kau juga sudah mulai bertanya hal-hal yang sulit kujawab dengan akal pikiranku, ini tinggal kamu mau menerima atau tidak tawaranku," ucap Steve.

"Mungkin boleh dicoba," ucap Zahra.

"Bagus, kita akan berangkat besok, sekarang istirahatlah dulu," ucap Steve sembari berjalan pergi.

Lihat selengkapnya