Kamis, 4 Desember 2014, siang hari. Restoran terlihat ramai seperti biasa, antrean juga mulai muncul dan saat itulah Shafa mulai menyaksikan dengan teliti bahwa dia perlu mengubah strategi atau memperluas restorannya.
"Apsara Ratrisena, aduuh gimana ya, masalahnya aku mau mundur," gumam Sekar.
"Jadi berat dipenerusmu kalau langsung masuk ke diagram tentara bayangan internasional ya," tanya Zahra.
"Iya kak, nanti kalau banyak peraturan yang ribet gimana, dipaksa beradaptasi dengan beberapa perubahan besar disaat yang hampir bersamaan akan cukup sulit," ucap Sekar.
"Tenang aja Kar, perubahannya jadi lebih baik kok," ucap Shifa sambil menata makanan.
"Gak gitu juga Shifa, namanya perubahan akan selalu sulit, lagipula kita juga gak tau kenapa pembentukan Apsara Ratrisena ini terjadi," ucap Zahra.
"Iya sih," gumam Shifa.
"Itulah masalahnya, eh gimana Shafa, masih ada antrean," ucap Sekar.
"Iya, gimana ya biar gak ada antrean tapi tetap bisa memastikan bahwa restoran punya pelanggan," ucap Shafa sambil memasak.
"Kayaknya memang harus nambah tempat," ucap Shifa yang sedang membantu Shafa.
"Itu saja sih yang kupikirkan," ucap Shafa.
"Kalian udah coba untuk membuka akses pemesanan kah," tanya Zahra.
"Huh!, gimana itu," tanya Shafa sambil memasak daging vyala.
"Jadi orang-orang menghubungi restoran dulu untuk melakukan pemesanan meja untuk rentang waktu yang ditentukan dan selama itu mereka dipersilahkan untuk memesan makanan," ucap Zahra.
"Owh seperti restoran prasmanan itu, gimana kalau mereka makannya banyak," tanya Shifa.
"Nggak lah Shifa, orang-orang tetap bayar untuk setiap pesanan, pemesanan meja ini biar mereka dapat tempat saja," ucap Zahra.
"Owh, salah ya," gumam Shifa.
"Itu ide yang menarik, apa saja yang diperlukan," tanya Shafa.
"Nama restoran dan nomor telepon sama mungkin kita bisa membuat penanda reservasi," ucap Zahra.
"Ee bisa pakai nama dan nomor teleponku saja kan!?," tanya Shafa.
"Bisa saja, tapi kau harus siap-siap diteror siang dan malam untuk reservasi, saranku sih pakai telepon kantor saja sama mungkin kau perlu benar-benar menamai restoran ini, aku heran kenapa bisnis sebesar ini belum punya nama," ucap Zahra.
"Ehehehe, lupa mbak," sahut Shafa.
"Ada sedikit masalah sebelumnya," sahut Shifa.
"Lucu sekali, aku heran gimana kalian bisa bertahan dan berkembang tanpa ada nama begini," gumam Zahra.
"Kita bahas nanti malam ya, lagi banyak pesanan hehe," ucap Shafa.
"Baiklah, oiya kurasa aku sudah tau mau kerja diposisi apa," ucap Zahra sambil tersenyum tipis.
...
Malam harinya.
"Hmm akhirnya ada ide juga, kau seperti membawa keajaiban kesini mbak," ucap Rafi.