Senin, 8 Desember 2014.
"Akhirnya bisa makan disini lagi," gumam Ihsan sambil memasuki restoran Shafa dalam wujud Huda.
"Selamat datang, ada yang bisa dibantu," ucap Zahra sambil menawarkan menu.
"Halo kak, sebentar ya, saya pesan owh apa menu setan laut ini," tanya Huda.
"Itu sup ubur-ubur dengan kuah asin tuan, isiannya bisa perik, bulu babi, ikan lepu atau fugu, bisa dicampur," ucap Zahra.
"Perik!?, wuu kayaknya menarik, isiannya pakai perik dan ikan lepu," ucap Huda.
"Baiklah, ada tambahan tuan," tanya Zahra.
"Hmm kelinci panggang ini kayaknya enak, sekalian hati angsa juga, lalu ubi manis ini juga ya, minumnya hmm ada saran gak," tanya Huda.
"Kalau saya untuk mendampingi makanan bisa pakai jus labu ini, menu baru yang kami dapatkan dari kebun sendiri," ucap Zahra.
"Boleh, bentuknya kayaknya lucu, baiklah itu saja dulu," ucap Huda.
"Baik tuan, ini kami sediakan kudapan dan air untuk menunggu," ucap Zahra sambil memberikan semangkuk kecil kuaci dan segelas air putih.
"Owh, ada kudapan juga sekarang," ucap Ihsan.
"Ada juga roti untuk anda makan nanti, ini juga bingkisan untuk pemesanan," ucap Zahra sambil menyerahkan sekeranjang roti dan alat makan untuk Ihsan.
"Sendok, sumpit dan pisau ini boleh saya bawa pulang," tanya Huda.
"Benar tuan," ucap Zahra.
"Terimakasih," sahut Huda dengan riang.
"Sama-sama, saya sampaikan dulu pesanan anda," ucap Zahra.
"Ya, hati-hati ya kak," sahut Huda.
...
Sesampainya di dapur Zahra segera meletakkan beberapa pesanan sementara Shafa hanya menatap lesu, pikirannya sedikit kacau akibat apa yang didengarnya sebelumnya namun dalam diamnya itu Shafa mulai mengerjakan pesanan dengan teliti sebelum menatap lagi Huda yang sedang menunggu makanannya dengan riang sambil memakan kuaci.
"Tidak, aku tidak boleh memalingkan pandanganku dari tujuanku," pikir Shafa sambil menyiapkan semua makanan pesanan dengan cepat sebelum akhirnya meletakkannya ke troli Zahra sambil meletakkan sepucuk surat.