Ardanareshwar

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #44

Sacred Alien

"Nampaknya aku perlu membatasi diriku, tapi gimana ya, gak asik kalau aku cuma mencuci satu atau dua piring, atau aku perlu hiburan lain ya, ah mungkin begitu," pikir Rasha ditengah malam sebelum akhirnya beranjak dari kamar tidurnya.

Perlahan Rasha melangkah keluar dari asrama dan melihat-lihat malam di wilayah itu. Satu demi satu langkah diambilnya menyusuri jalanan bersalju yang luas, mencari sebuah hiburan kecil untuk hari-harinya yang dia pikir akan membosankan. Tak lama kemudian sampailah Rasha ke wilayah pertokoan dan masuk untuk melihat-lihat apa yang bisa dia beli dari sana sampai akhirnya matanya berbinar menyaksikan sesuatu yang saat itu segera dibelinya.

...

Pagi hari telah tiba dan Shafa akhirnya bangun dari tidurnya saat tiba-tiba dia melihat Rasha sedang sibuk membaca buku peraturan untuk merakit sesuatu. Melihat itu Shafa segera turun dan menepuk-nepuk Sekar hingga terbangun.

"Ada apa," sahut Sekar lirih.

"Kayaknya mbak Rasha sedang merakit monitor, bantu dia," bisik Shafa.

"Hmmmh!?, eh!?, ngapain mbak," tanya Sekar saat melihat Rasha sibuk mengurus perkabelan.

"Ngerakit PC Sekar, kau mau bantu!?," tanya Rasha.

"Boleh, buat apa memangnya," tanya Sekar.

"Main game, eh itu adakan game kompetitif, aku mau main itu juga, barangkali bisa ikut kejuaraan," sahut Rasha.

"Game kompetitif yang gimana," tanya Sekar sambil merakitkan PC untuk Rasha.

"Yang bikin kerajaan itu, hmm apalah namanya," ucap Rasha.

"Owh, Monarch, bolehlah, yang bener aja bikin karakternya," sahut Sekar.

"Kau pernah main," tanya Rasha.

"Nggak, tapi udah lumayan terkenal, hadiah kompetitifnya lumayan, kalau mau siaran juga biasanya ramai tapi gameplaynya panjang, bisa 30 menitan, kau kayaknya tertarik banget, kenapa memangnya," sahut Sekar sambil menghidupkan layar monitor.

"Hmm Lintang sering main buat menyusun strategi, dan kalau kulihat-lihat strategi yang dipakai memang cocok," ucap Rasha.

"Memangnya bisa begitu ya, mana bisa peradaban disimulasikan sepenuhnya," ucap Shafa.

"Kau bacalah pembuat gamenya Shafa," ucap Shifa.

"Heh, Ihsan dan Alim yang bikin, ngapain mereka bikin game, bukannya mengurus Dunia," tanya Shafa.

"Itulah Shafa, konsep pemerintahan Dunia yang mereka terapkan berbeda dengan pemerintahan negara yang bisa memberikan peraturan, pemerintahan Dunia lebih fokus untuk pengumpulan data untuk dibaca negara-negara yang akhirnya akan membuat, mengubah atau menghapus peraturan, kalau ternyata dengan game simulasi perang bisa memberikan data yang cukup maka bisa diterapkan," ucap Zahra.

"Kalau pemerintahan tidak membuat peraturan lalu gimana," ucap Shafa.

"Mereka buat kok, tapi hanya beberapa peraturan yang sangat mendasar, membuat kebijakan yang kompleks dan detail dalam ruang lingkup sebesar itu bisa berdampak buruk, sebagai gantinya mereka punya hak untuk merevisi peraturan-peraturan yang dianggap menghambat pertumbuhan serta adanya kontrol besar atas perdagangan dengan perusahaan bernama kailash, hal ini memungkinkan mereka punya kendali yang sangat besar tanpa harus banyak berbicara, ini karena kendali mereka atas sumberdaya, baik manusia maupun alam yang sangat besar, termasuk kontrol ketat terhadap moneter, kepemilikan data dalam jumlah besar, kekuasaan atas hukum, kendali atas pendidikan dan juga kekuatan militer yang tak tertandingi," ucap Shifa.

"Jadi game juga bisa digunakan untuk kepentingan pemerintahan," tanya Shafa.

"Yap, dan dengan game seperti monarch, mereka bisa mendapatkan jutaan saran pembangunan dari setiap pemain tanpa perlu menggelontorkan dana tambahan untuk diskusi berkepanjangan," ucap Shifa.

"Unik juga metode ini," sahut Shafa.

Lihat selengkapnya