"Assalamu'alaikum, pak, bu, Lintang pulang," ucap Lintang sembari mengetuk pintu rumah orang tuanya.
"Waalaikumsalam, heeeh Lintang, kapan kamu datang, kok gak ngabari dulu," tanya seorang perempuan yang membukakan pintu dan segera memeluk erat Lintang.
"Maaf bu, gak sempat ngabari, ee Lintang bawa temen boleh ya," ucap Lintang seraya memperlihatkan keempat saudara seperjuangannya yang sedang perang salju.
"Boleh kok, silahkan saja masuk, oiya bapakmu sedang ada tamu, kalau tidak ada bahasan tolong jangan ganggu," ucap ibunda Lintang.
"Baik bu, eh rek, ayo," ucap Lintang.
Tak lama kemudian kelima anak itu masuk dan melihat Damar sedang berbicara dengan teman masa kecilnya, sang Caraka Chakravarthy, Faisal.
"Eh, Prabhu, ngapain kesini," tanya Faisal.
"Ada urusan dengan pak Damar, monggo-monggo, silahkan ngobrol dulu," ucap Ihsan.
"Sini ikut saja, sedang ngobrolin kalian juga kok," ucap Damar.
"Owh, boleh," ucap Ihsan sebelum duduk.
"Bapak, aku kan sudah bilang biayanya biar dariku saja," ucap Lintang.
"Nggak masalah biaya ini le, ah kamu fokus ajalah buat nyiapin rumah, biar nikahannya bapak yang urus," ucap Damar.
"Kan belum lamaran juga pak, ini masih pelatihan," ucap Lintang.
"Makanya itu, kan semuanya perlu disiapkan, kau belum pernah menikah to, kan bapak sudah berpengalaman," ucap Damar.
"Iya sih, terimakasih bapak," ucap Lintang.
"Wohoho, itulah kalian, masih muda gini udah ada niatan nikah, bareng anakku aja gimana," ucap Faisal.
"Mas Alan udah mau menikah juga," tanya Steve.
"Iyalah, udah cukup juga modalnya, tinggal sedikit lebih memperdalam lagi," ucap Faisal.
"Wah, menarik, bolehlah bareng," ucap Ihsan.
"Emangnya kau udah baikan sama Prajnaparamita, kayaknya dia masih belum menerima bantuan langsung darimu," ucap Faisal.
"Kan udah lewat mas Sandi, udah sesuai tuh sama bidangnya," ucap Ihsan.
"Sampaikanlah langsung, jangan pakai perantara, aku juga kasihan lihat dia terus berkirim surat ke keraton, dia hanya ingin tau kabarmu, balaslah," ucap Faisal.
"Tapi kotak surat keraton kan untuk permohonan, kritik dan saran, bukan untuk urusan pribadi," ucap Ihsan.
"Garek mbok kirim nomormu toh thole Ihsan, eh le, kau mau nggak, lintingan sosrobahu," ucap Damar sembari menyalakan rokok dan menawarkan rokok pada Lintang.
"Aduh pak, aku kan sedang terapi," ucap Lintang.
"Oh yaudah, bapak cuma nawari," ucap Damar.
"Rasanya gimana pak," tanya Lintang.
"Mayan padetlah buat lintingan," ucap Damar sambil menghisap rokoknya.
"Hh bolehlah, kayaknya lagi butuh juga," ucap Lintang sambil mengambil sebatang rokok dari bapaknya dan menyalakannya.
"Jangan sering-sering le, udah jadi berapa hari sekali merokokmu," tanya Damar.
"3 pak," ucap Lintang.
"Dah lumayan itu, bagus juga terapimu, eh gimana, kenapa gak dikasih nomor aja dia nak Ihsan," ucap Damar.