Namanya Ardi. Tepatnya Ardiansyah. Kelas dua smk. Anaknya ganteng, baik dan ramah pada siapa saja. Tapi sedikit cuek, terlebih pada sesuatu yang tak disukainya. Banyak sih yang naksir. Tapi dia belum mau pacaran.
"Bikin ribet dan gak bebas."
Itu alasannya jika ada yang bertanya kenapa belum punya pacar. Padahal teman-teman seusianya saja sudah banyak yang pacaran. Tapi dia cuek saja bersama ke empat temannya sedari kecil, Amin, Aris, Igun dan Iwan. Plus Andi anak Jakarta yang pindah ke sini bersama keluarganya mengikuti bapaknya yang ditugaskan ke kota ini sejak kelas satu SMP.
Berenam mereka menjalin persahabatan dan menikmati masa remaja bersama.
Dia anak melayu. Tapi sebenarnya gak melayu-melayu amat. Bapaknya yang asli melayu. Sedangkan emaknya asli dari Jogja.
Ardi pernah bertanya sama bapaknya, kok bisa nikah sama emak? Emak, kan, anak perantauan. Bukan asli Tanjung Pinang, kota tempat Ardi dan bapaknya dilahirkan.
"Ketemunya gimana, pak? " tanya Ardi saat mereka bertiga ngumpul dimeja makan.
Bapaknya melirik emaknya yang pura-pura acuh tak acuh dengan pertanyaan Ardi.
"Ya, disini. " jawab bapaknya masih sambil melirik istri tercintanya yang mendadak berdehem dehem.
"Bapak atau emak yang naksir duluan?"
"Ehem! " emaknya kembali berdehem. Kali ini agak keras seolah-olah memperingatkan bapaknya untuk bercerita jujur.
"Ya, emak, mu, la... "
Benar saja. Kini mata emaknya melotot kearah bapaknya.
"Enak, aja! " emaknya protes. "Memangnya dulu yang bilang, abang sudah nyaman sama adek, sudah terlanjur sayang sama adek, sapa? Trus yang bilang, abang gak bisa hidup tanpa adek, waktu mau diputusin sapa? Siapa, coba?! "
Ardi cuma tertawa melihat bapaknya nyengir nyengir kuda.
"Dulu bapakmu yang ngejar-ngejar emak!" kali ini emaknya mengambil alih bercerita.
Emak anak perantauan yang dikirim oleh perusahaan untuk bertugas disini, cerita emaknya.
"Ketemuan pertama kalinya gimana? " tanya Ardi.
Emaknya melirik bapaknya. "Diceritain, gak nih? Anaknya pengen tahu, nih."
Bapaknya balas menatap emaknya. "Ceritain aja. Tapi yang jujur, ya... "