Ngantuk!
Itulah yang selalu mereka rasakan kalau bu Fit mengajar. Guru manajemen bisnis satu ini kalau ngajar pasti nyerocos kaya kereta api kehilangan rem. Maen lurus aja. Gak perduli kalo murid-muridnya memperhatikan atau tidak. Beliau selalu menerangkan pelajaran sambil duduk di bangku yang mungkin sangat dia sayangi itu yang seolah-olah lengket sama bodinya dan tak mau pisah. Satu-satunya cara kalau mau melihatnya berdiri yaitu saat beliau merasa perlu menulis sesuatu di papan tulis. Setelah itu? Ya, duduk lagi!
Seperti saat ini, arah kepala murid-muridnya memang tepat kearah buku yang di buka telentang pasrah di atas meja. Tapi masing-masing punya gaya sendiri-sendiri. Ada yang sambil ngupil. Bertopang dagu. Bahkan ada yang menguap berkali-kali lalu di ikuti teman-teman yang lainnya.
Bu Fit bukannya tidak tahu. Tapi beliau pernah bilang pada mereka semua, “Semuanya terserah kalian. Kalian mau jadi pandai atau bodoh itu untuk kalian sendiri. Yang penting ibu tiap bulan terima gaji.”
Kejamkan?!
Di sudut kiri kelas pada bangku nomor dua dari belakang, di situlah Ardi bersemayam. Dia duduk tepat disamping jendela. Teman sebangkunya adalah Aris, sohibnya. Di depannya Amin sama Igun. Sohibnya juga. Lalu dibelakangnya ada Iwan sama Andi. Juga sohibnya. Mereka berenam memang sengaja masuk di jurusan yang sama. Lalu dapat kelas yang sama. Trus sengaja nyari tempat duduk yang dekat-dekatan. Lurus satu baris.
Tempat duduk di situ memang asyik. Pandangan ke luarnya menghadap ke taman samping sekolah. Trus tak bakalan terlalu menarik perhatian meski tak jauh dari meja guru yang tepat ada didepan sana.
Memang pas banget buatku, kata Ardi saat pertama kali memilih bangku itu.
Tapi saat ini Ardi malah terlihat lemas dan males-malesan. Sama seperti teman-teman sekelasnya, dia juga jadi ngantuk kalau pas pelajaran bu Fit. Makanya dari tadi dia sesekali menjeling ke arah taman yang adem dan asri. Sesekali dia menghayal. Terkadang hanya diam melamun bengong.
Tapi kini di sana di bangku taman, datang beberapa orang siswi yang mengenakan seragam pramuka, lalu duduk di bangku tepat diarah matanya tertuju. Siswi-siswi yang merupakan adik kelas menatap kearahnya yang terlihat jelas dibalik kaca jendela tak berdaun kelasnya. Tertawa-tawa cekikikan, tersenyum senyum padanya hingga membuat lamunannya terganggu. Beberapa malah menggoda sambil melambaikan tangan kearahnya.
Ardi tersenyum masam. "Hah... " dia menghela nafas. "Rusak sudah feel melamunku. "
Kini dia mengalihkan pandangan kearah dua teman gilanya yang duduk di depan. Susunan bangku yang cuma lima baris ini menyamarkan kegiatan keduanya.
“Siapa yang menang?’ tanyanya pelan. Diletakkan dagunya di atas meja belajar sambil tetap memandang kegiatan dua atlet tanggung tanpa prestasi yang ada didepannya.
“Lom ada.” Jawab Igun yang duduk tepat di depannya.
“Pertandingan tak akan berhenti sampai langkah terakhir.” timpal Amin.
Di depannya, di balik dua buah buku pelajaran yang sengaja di buka lebar dan di tegakkan sambil sebelah tangan mereka masing-masing memegangi agar tidak jatuh, dua kunyuk ini lagi main dam. Permainan tradisional yang sering dia dan teman-temannya mainkan.
Permainan dam ini Ardi dan teman-temannya dapatkan dari senior senior mereka di kampung.
"Biar kalian tahu asyiknya permainan dulu-dulu. " Kata bang Japar ketua pemuda ditempatnya. "Jangan asik main hape saja sampai tak tahu kalau ada permainan seru jaman dulu seperti ini. "
Ardi manggut-manggut setuju. Karena ternyata permainan ini seru juga!
Di jaman ini, tak banyak yang mengenal permainan tradisional seperti ini. Anak-anak di jaman modern ini lebih suka main game handphone daripada bermain permainan tradisional. Bahkan mungkin orang dewasa juga tak mengenal permainan dam ini. Jika kalian suka menonton kartun Boboyboy, permainan dam ini mirip dengan dam haji yang dimainkan tok Dalang saat melawan monster tidur. Cara mainnya juga sama, hanya saja medianya berbeda. Jika dam haji menggunakan papan catur, dam ini cukup menggunakan kertas yang dilukiskan garis-garis memanjang hingga berbentuk seperti kotak-kotak catur dimana melintas beberapa garis panjang yang membelah kotak itu. Lalu ada dua segi tiga disisi kotak yang ujung runcingnya menempel sisi kotak dam.