“Dasar Indigo sableng! Loe pikir Gue malaikat maut apa?” gertak Gilang sambil mendekati Tiara lalu menarik selimutnya kasar memperlihatkan tubuh gemetar yang meringkuk diatas kasur
“ Aaaaaahhhhhh…” jerit Tiara melengking membuat Gilang yang melayang di atasnya menutup telinga. Ternyata pendengarannya juga terganggu dengan suara nyaring si gadis indigo . “Pak malaikat maut, tolong pergi ya, Saya belum mau matiiii,”ucapnya sambil memejamkan mata, otak Tiara terus berpikir bahwa Gilang adalah malaikat maut ia belum mau menghadap Sang pencipta karena persiapannya masih minim
Mutia bergegas menuju kamar putrinya ketika mendengar suara lengkingan yang sangat kuat. Ini pasti ada hubunganya dengan tingkah aneh Tiara saat pulang. “Tiaraaa, kamu kenapa Nak?” langkahnya berat karena menopang tubuh yang lelah setelah bekerja seharian, namun tetap dipaksa untuk melihat kondisi putri tercinta
“Lo bisa diem gak sih, berisik tau!” Gilang sigap naik keatas tubuh Tiara sambil membekap mulut si gadis indigo agar tidak bersuara keras lagi . bukannya diam Tiara justru berusaha untuk teriak lagi sambil membelalakkan mata melihat Gilang tanpa segan mengungkung tubuh dan membekap mulutnya.
Walau untuk sekarang makhluk bergender laki-laki tersebut belum jelas masuk dalam spesies apa, tapi di pikiran Tiara dia tetaplah laki-laki yang tidak boleh berada di atas tubuhnya.
“Mmm, ” Tiara melawan sampai ia bisa menepis tangan Gilang yang menutup mulutnya. Lagi-lagi terasa aneh , tangan itu tidak pernah menembus tubuhnya melainkan hanya bergeser karena tepisan Tiara, persisi seperti manusia. Bukankah hantu seharusnya bisa di tembus?
“Diam, jangan teriak,” bisik Gilang panik.
“LEPASIN!” desis si gadis indigo, ia berhasil membuat tangan Gilang melepas bekapan pada mulutnya tapi sial, tubuh si hantu seperti hilang keseimbangan dan jatuh menimpa Tiara.
“ Eehhhkk, be... berat…” dada Tiara sesak terhimpit si hantu karena tubuh transparan tersebut begitu berbobot. semua kejadian ini di luar dugaannya. Bukannya cepat beranjak Gilang justru meperhatikan wajah Tiara yang meringis karena tertimpa olehnya. Lucu, wajah manis yang memerah membuatnya gemas
“ Mi.. minggir.”
“Lo mau ngebunuh Gue?” udara begitu sedikit yang masuk ke dalam paru-paru Tiara hingga kata-katanya perpenggal. Gilang terkekeh, ia menganggat tubuhnya sedikit dengan sangat pelan seolah enggan berpindah senang melihat wajah lucu yang dibuat Tiara, sampai pintu kamar di tarik oleh seseorang.
Suara derit pintu membuat tatapan kedua insan berbeda alam itu menjadi horror menatap benda berwarna coklat yang bergerak terbuka. Tiara makin gusar bergerak ia ingin segera lepas dari si hantu. Seketika raut panik menghiasi wajah keduanya. Si hantu bergegas melipir dari Tiara bersamaan dengan daun pintu yang terbuka lebar menampakkan Ibu Tiara diambangnya.
“ I… Ibuu… Ti… Tiara….” Gugup. Napas Tiara memburu cepat , ia takut Ibunya marah. si gadis indigo lupa jika Mutia tidak melihat apa yang ia lihat. Sama halnya dengan sihantu yang memiliki ketakutan yang serupa dengan Tiara.
“ Kamu kenapa Nak, kok pucat banget? kamu sakit?” si Ibu resah kemudian mendekati putrinya sambil meletakkan telapak tangannya di dahi Tiara merasakan suhu tubuh anaknya. Tiara yang masih tercengang, melihat Ibunya dan Gilang secara bergantian. Jelas Ibunya tidak melihat keberadaan Gilang yang duduk di samping Tiara. Mungkin jika Bu Mutia melihat Gilang ia juga akan teriak lebih kencang dari anaknya.
“ Ng… gak apa-apa, Bu.” Tiara coba mengatur napasnya agar lebih tenang. “ Ta.. tadi Tiara mimpi.” lanjutnya berbohong, guna menenangkan sang Ibu yang nampak khawatir. Ia pun sadar bahwa Ibunya tidak dapat melihat Gilang. Lemot. Gadis itu merutuki kebodohannya seraya menepuk keningnya.
“ Makanya, jangan tidur di waktu magrib. Pamali. Cepat mandi lalu sholat! ” tegur Bu Mutia lalu bangkit berdiri hendak meninggalkan putrinya.
“ Iya Bu ….”
Suara pintu berdebum pelan tanda Mutia sudak berada di luar kamar. “ Untung Ibu gak bisa liat si Gilang.” lega Tiara karena lelaki di kamarnya Tak kasat mata. Tiara menjatuhkan pandangan nyalang kearah Gilang yang masih duduk di atas kasur. Pria itu yang sedang menenangkan diri itu sadar akan mendapat amukan dari Tiara. “ Ini semua gara-gara lo!” tuding Tiara suaranya pelan tapi terdengar penuh amarah.
“ Apa salah Gue?” sanggah Gilang mengernyitkan dahi. “ kenapa juga Loe pukul tangan Gue.?” lanjutnya membela diri. “ So, kalau Gue jatuh di atas tubuh Lo, itu salah Lo sendiri.” Tiara meringis malu tapi ia juga tidak mau di salahkan. Ia memberanikan diri menatap Gilang dengan jantung bertalu-talu.