“Akhirnya pergi Juga, huh,” dengus Tiara “Lo, gak bisa bohongin Gue, Gilang. Biar mata Gue gak bisa liat penampakan Lo, tapi Gue masih bisa ngerasa.” gerutu Tiara penuh kemenangan sambil memakai baju tidurnya. Selesai menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim Tiara beringsut naik keatas ranjang melepas penat yang merundung dirinya seharian penuh. Dalam sekejap kelopak mata Tiara terpejam rapat alam bawah sadar merenggut kesadaran si gadis indigo dengan cepat .
“Lah, kok cepat banget sih tidurnya.” gumam Gilang yang benar-benar on time, setelah Lima belas menit ia benar-benar kembali datang.
“Kalau Loe tidur disini terus Gue dimana Ra?” canda si pria transparan.
Tidak ada balasan.
“Hm, berhubung sekarang Gue Cuma makhluk halus jadi boleh dong Gue ikutan tidur di samping Loe?” Gilang coba mengganggu si Gadis indigo yang tengah terlelap. Tapi Nihil.
“Ra, Kalau Loe diem Gue anggap Loe setuju, ya?” Gilang mengguncang pelan bahu Tiara. Ancamannya tidak mendapat tanggapan yang berarti.
Yang di ancam hanya meracau tak jelas.
“Ternyata dia beneran udah tidur. Ah, gak seru.” Gilang mengedarkan pandang di kamar Tiara dengan manik legamnya sampai pandangannya jatuh pada meja belajar didekat jendela. Si hantu melenggang ke sana duduk diatas bangku kayu, melipat tangannya di atas meja dan meletakkan kepala diatasnya lalu menutup mata.
***
Adzan subuh berkumandang dengan lantang membangunkan Tiap insan untuk menjalankan kewajiban hamba pada Tuhannya.
“Ra, bangun Ra, udah subuh.” Gilang kembali mengusik kedamaian Tiara.
“Hmm,”
“Bentar lagi Buu.”
“Ra, bangun ini Gue Gilang. Bukan Ibu.” Lagi si pria transparan tak lelah mengguncang pelan bahu Tiara.
“Hmm, iyaa, iyaa, Gue tahu. Loe Gilang. Emang kenapa.?” Racau Tiara menantang sambil sedikit membuka mata. Samar-samar ia melihat sosok Gilang melambaikan tangan di depan wajahnya.
“ Ssstt .... ”
“Jangan dekat-dekat! Jangan berisik! Gue masih ngantuk.” Tiara ia membalikkan tubuhnya kearah yang berlawanan dengan Gilang.
“Dasar kebo!” hardik Gilang.
“Eh,Gue denger ya,” tanggap Tiara dengan suara serak khas orang bangun tidur sambil melempar bantal asal . Tapi siapa sangka kumpulan decron itu pas mendarat di wajah Gilang. Si hantu belum sempat berpikir untuk berubah ke mode menembus benda akhirnya ia merasakan hantaman benda berisi decron di wajahnya.
Gilang selalu mengontrol arwahnya dengan pikiran jika ia ingin menembus benda atau menghilang , atau jika ia ingin menampakkan raut seram maka hanya perlu memikirkannya saja maka semua akan terjadi.
“ Diich, nyebelin ini anak ya.” Dengus Gilang geram. “Makin lama makin ngelunjak.” tapi dia tidak merasa kesal katika melihat Tiara menarik lagi selimutnya , justru seutas senyum terbit di wajah tampannya. Ini merupakan kali pertama ia merasa kembali seperti manusia ketika berinteraksi dengan Tiara. Dulu sebelum bertemu Tiara yang dirasakan Pria transparan itu hanya amarah yang dingin.
walau belum dua puluh empat jam bersama dengan Tiara tapi dirinya merasa lebih hidup dari pada ketika berinteraksi dengan kunti atau pocong yang selama ini menemani hari – hari kelam si hantu tampan.