Are You a Ghost?

caberawit
Chapter #11

Bab 11 Pertanyaan Gilang

Malam pertama di rumah Pak Kyai, Gilang tidak langsung istirahat seperti yang di sarannya oleh guru Tiara tersebut ia justru berkeliling menyusuri kediaman Pak Mahmudin yang terasa sangat tenang dan nyaman. Jam Tiga dini hari Gilang menemukan Pak Kyai sedang bermunajat kepada Sang Khalik diruang Sholat, dengan mata terpejam pria paruh baya yang memasuki usia kepala lima itu terlihat sangat khusuk. 

 Tanpa sadar Gilang mendekat, memperhatikan dengan seksama. Ia pun sadar betapa jauh dirinya dengan sang Pencipta.

“Apa yang membuat Nak, Gilang datang kemari?” intonasi tenang Pak Kyai menyapa tiba-tiba  setelah ia mengusap wajah dengan telapak tangannya. Pertanyaan itu  membuat Gilang terkejut dia tidak menyangka Kyai Mahmudin bisa menyadari  kehadirannya. 

“ Sa…saya....” Gilang menghela napas panjang. “Ada yang ingin saya tanyakan pada Pak Kyai, maaf jika kedatangannya saya mengganggu konsentrasi Bapak.” Pria transparan itu akhirnya memutuskan untuk jujur walau merasa bersalah karena mengganggu ibadah sang Kyai.

“Saya tidak terganggu dengan kedatangan Nak Gilang. Mari kesini duduk dekat Bapak. Memangnya apa yang mau di tanyakan?” Kebaikan Pak Kyai menghapus segan yang menyelimuti Gilang, wajah transparannya menyunggingkan senyum lebar dan mulai melayangkan pertanyaan yang bersarang di benaknya.

“Saya ingin tahu Pak, bagaimana Bapak nanti akan menolong saya? Tiara saja tidak mampu,” Gilang membuang napas kasar. Tanpa sadar  ia baru saja membandingkan Pak Kyai dengan Tiara dan itu bukanlah hal yang sopan.  “Tubuh saya menolak arwah saya Pak, bahkan sampai memuntahkan darah. Terus terang saya khawatir tidak bisa kembali.” Gilang tertunduk dalam usai menjelaskan keluh kesahnya dalam nada putus asa ada nyeri dihati mengingat kondisi tubuhnya memuntahkan darah saat jiawanya hendak bersatu, tidak bisa dipungkiri keresahan yang besar bersarang dalam dirinya.

 “Sabar Nak Gilang, ini semua ujian dan setiap ujian pasti ada jalan keluarnya. Kita harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh, dan jangan muda putus asa. Kita juga harus berdoa memohon pada Gusti Allah.” Senyum penuh harapan mengembang diwajah Pak kyai , ia tidak mempermasalahkan sikap Gilang yang kurang sopan tapi justru memberi pemikiran yang positif hingga arwah anak muda itu tidak salah dalam berpikir.

“ Iya Pak.” Gilang sadar selama ini ia melupakan sang pencipta, ia sangat malu mengangkat kepala dihadapan Pak Kyai nuraninya tersentil dengan perkataan Pak Kyai, sadar bahwa selama ini ia melupakan keberadaan Zat Maha Hebat yang dapat menolongnya.

“Jangan khawatir besok saya akan melihat kondisi tubuh Nak Gilang. Semoga Gusti Allah memberikan titik terang.” Pak Mahmuddin menepuk bahu Gilang seolah pria transparan itu memiliki raga, sontak Gilang membelalak. Pak Kyai bisa menyentuhnya. Sungguh kemampuannya tidak bisa dianggap remeh. Yang ditatap tersenyum simpul menganggukkan kepala seakan mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan Gilang.

  “Mulai sekarang jangan tinggalkan solat lima waktu, agar usaha kita dipermudah oleh Gusti Allah.”

“Iya Pak Kyai. Terimakasih atas nasihatnya.” Gilang langsung bersiap untuk sholat ia ingin mendekat dengan Tuhan agar jiwa dan pikirannya tenang dalam menghadapi cobaan, ia juga ingin memohon agar yang Maha Kuasa memberikan jalan keluar dengan cepat.

 

***

    Rumah Tiara.

“ Assalamualaikum. Bu, Tiara pulang.” salam lesu Tiara mengawalinya memasuki rumah.    

“ Waalaikumsalam Ra, kamu kemana aja sih! kok telat banget pulangnya.” Mutia khawatir menunggu putrinya yang tak biasa pulang larut. Pasti ada sesuatu yang sedang di alami oleh Tiara pikir Mutia.

“Maaf Bu. Tadi Tiara habis bantuin orang kerumah sakit.”

Lihat selengkapnya