“Jebakan!” pekik Tiara sambil berlari kearah tubuhnya yang dirasuki jiwa Gilang. Menurut Tiara Si Genderuwo sengaja membuat Gilang keluar dari lingkaran untuk mendapatkan tubuhnya. Tubuh Tiara adalah incaran, hanya terkaan tapi si gadis indigo sangat yakin bahwa itu adalah rencana makhluk astral untuk mendapatkan dirinya.
Pak kyai paham dengan jalan pikiran anak didiknya ia segera menahan pergerakan makhluk astral yang hendak mendekati tubuh Tiara. Menyerap energi itulah yang diinginkan oleh si Genderuwo sama seperti para hantu rumah sakit yang kerap mendekati Tiara ketika gadis itu memasuki rumah sakit agar mereka dapat kekuatan baru atau hal lain yang tentunya menguntungkan para makhluk tak kasat mata tersebut.
Energi hanya bisa di dapat dari tubuh anak indigo bukan dari arwahnya oleh sebab itu si Genderuwo mengincar tubuh Tiara.
Gerak cepat Kyai Mahmuddin menahan Si Genderuwo sangat luar biasa tapi bersentuhan langsung serta melumpuhkan makhluk berusia ratusan tahun itu menguras tenaganya.
Tapi demi keselamatan Tiara dan mencegah terjadi hal buruk jika sampai Genderuwo itu mendapatkan energi dari anak indigo Pak kyai harus mengorbankan tenaganya bahkan ia juga tak segan berkorban nyawa.
“Tiara cepat masuk ke dalam tubuh mu,” perintah Pak Kyai sambil menahan Si Genderuwo agar Tiara dapat menuju tubuhnya tanpa hambatan. Pria tua itu mulai kehabisan tenaga menahan gerakan makhluk astral yang terus saja berontak.
Arwah Tiara berada di samping ranjang Gilang sedangkan tubuhnya berada berseberangan dengan sang Genderuwo dan Pak kyai. Ia harus melewati Genderuwo itu untuk bisa kembali ketubuhnya.
“Cepat Ra!” seru Sang Guru mengerahkan seluruh tenaganya.
Tanpa pikir panjang Tiara langsung lari melewati dua makhluk Tuhan yang bergelut saling mengunci gerakan.
Tiara melirik sekilas makhluk yang di kunci pergerakannya oleh sang Guru. Sekejap mereka saling pandangan dan si gadis indigo terpaku oleh mata hitam yang tidak memiliki sklera. Langkahnya melambat hingga memudahkan Daru untuk menyerang Tiara dengan angin dingin yang dihembuskannya kencang menghempaskan jiwa malang si gadis indigo. Tira kembali pada tempat awalnya yaitu di samping ranjang Gilang. Genderuwo berhasil menghalangi Tiara untuk kembali ketubuhnya.
“Tiara Cepat!” kali ini intonasi Pak Kyai lebih tinggi menandakan bahaya yang mungkin tidak bisa dielakkan. Tiara bangkit dan kembali berlari kali ini ia tidak ingin menatap wajah Gilang yang di gunakan oleh si makhluk astral untuk menghipnotisnya ada rasa dongkol merayap di hati si gadis indigo. seandainya saat ini ia berada di dalam tubuhnya mungkin dengan mudah ia dapat mengalahkan Si Genderuwo yang menyerupai Gilang.
“Kurang ajar. Akan ku balas perbuatannya nanti,” rutuk Tiara sambil berlari melewati Pak Kyai yang masih setia bertahan menahan pergerakan sosok kembaran Gilang. Energi si gadis indigo meluap bersamaan dengan emosi pada jiwanya yang meningkat dan hal itu dapat di rasakan oleh Si Genderuwo begitu juga dengan Pak Kyai.
“Cepat Tiara.” Pak Kyai Mahmuddin merasakan aura negatif meningkat dari makhluk yang di tahannya. Genderuwo berusaha lepas dari cengkraman Kyai Mahmuddin namun Pria paruh baya tersebut sangat kuat sehingga untuk di taklukkan .
Tiara berhenti berlari dan berpikir Bagaimana caranya masuk lagi ke dalam tubuhnya, langsung tabrak atau dipeluk pelan-pelan.
Raut Tiara bersemu merah saat benaknya membesitkan cara untuk kembali pada tubuhnya namun gadis tersebut mengalihkannya dengan bergerak gesit menerobos gelungan Pak Kyai dan si Genderuwo.