Are You a Ghost?

caberawit
Chapter #25

Bab 25 Belum Bisa Percaya

Mobil melaju dengan tenang sampai di tempat tujuan- rumah Tiara.

Gilang mengetuk daun pintu dengan Tiara dalam papahannya seraya mengucapkan salam. Setelah tiga kali mengalun akhirnya salam itu mendapat sambutan dari Mutia-Ibunda Tiara suara hangatnya sangat keibuan di telinga dua insan yang berada di teras rumah.

“ Tiaraa! Ka… kamu kenapa Nak?” Mutia panik melihat kondisi putri semata wayangnya  Manik hazel sang Ibu yang sama dengan milik Tiara sesekali melirik pemuda yang memapah Tiara ditengah kekalutannya. “Ayo cepat masuk! Biar Ibu lihat keadaan kamu. Kenapa bisa seperti ini siih, Ra? Ibu kan selalu bilang sama kamu, hati-hati! Lihat kamu sekarang. Duuh… Ibu gak tahu harus nasehatin kamu gimana lagi, Ra? ” cerocos Mutia melangkah masuk ke dalam rumah menggiring Gilang dan Tiara agar segera masuk kedalam rumah.

“ Duduk disini!” titah Mutia menunjuk sofa panjang di ruang tamu. wanita dengan telekung yang masih membalut tubuhnya duduk dengan cepat di samping putrinya. “Kasih tahu Ibu Nak siapa yang buat kamu sampai seperti ini?” Mutia menggenggam telapak tangan Tiara matanya mulai berkaca-kaca seraya meraba wajah anak kesayangannya. Matanya tertuju pada lilitan perban di kepala Tiara. bukannya menjawab pertanyaan Ibunya Tiara justru melesakkan peluk di tubuh Mutia. Rasanya begitu menenangkan dan hangat walau ia belum berhenti terisak.

Gilang merasa bersalah tapi ia belum siap menjelaskan pada Mutia apa yang baru saja menimpa mereka dirumah sakit.

“Tenang Ra, ada Ibu disini. Kamu jangan takut sayang.” Belaian lembut penuh kasih seorang ibu di surai Tiara begitu nyaman hingga meredakan tangis putri semata wayang Mutia. “Tiara gak apa-apa Bu. Tapi  maafin Tiara Bu. Tiara gak bisa bawa pak Kyai pulang . Beliau sekarang dirawat di rumah sakit.” Gadis indigo tergugu menunduk penuh sesal. Ia berpikir bahwa semua yang alami oleh pak Kyai adalah kesalahannya. “Memangnya apa yang terjadi, Ra?” tanya Mutia gelisah, dalam banyangannya pria paruh baya tersebut pasti tengah terluka sangat parah dan mungkin saja akan meregang nyawa.

 Tiara menjelaskan pada ibunya semua yang terjadi tanpa menutupi apapun dari wanita yang telah melahirkannya, kecuali pembicaraan Gilang dengan Burhan yang berniat jahat padanya. Ia takut jika mengatakan hal itu maka Gilang akan mencelakai Ibunya.

               Mutia menghembuskan napas panjang. “ Itu semua sudah takdir dan bukan salah mu Ra jika Pak Kyai sampai harus mendapat perawatan. Itu semua kecelakaan dan Kita harus bersyukur sekarang kamu dan Pak Kyai masih di beri umur panjang,” ucap Mutia bijak. “ Iya Ra yang di katakan Tante itu benar.” celetuk Gilang yang sejak tadi keberadaannya tidak dihiraukan. “Maaf, Tan.” Gilang salah tingkah saat mendapat tatapan menilik dari Mutia ia tahu tidak sopan menyela pembicaraan. “Kenalin Tan saya Gilang.” Pemuda itu mengulurkan tangan tapi Mutia bergeming tak percaya. “Gilang?” gumam Mutia baru sadar  lalu menutup mulutnya tak mengira anak muda yang ada di hadapannya adalah Gilang yang selama ini tidak pernah ia lihat tapi sudah beberapa kali datang ke rumahnya. 

 “Saya Mutia, Ibunya Tiara.” Mutia menyambut uluran tangan Gilang. “Kamu beneran Gilang? Jadi kamu sudah balik ke tubuh kamu?” tanya Mutia mencari jawaban dari pertanyaan yang berkecamuk di dalam benaknya. Gilang tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala melihat Bu Mutia yang sangat tertarik dengan cerita dirinya. “Iya, Tan saya Gilang dan saya bisa kembali ke tubuh saya berkat pertolongan Tiara.” Gilang melirik Tiara sekilas tapi sepertinya gadis itu tidak terlalu peduli dengan pujiannya. “Tanpa Tiara, saya mungkin gak pernah bisa kembali ke tubuh saya.” Gilang kembali menyanjung si gadis indigo sambil melihat dari ekor matanya. Tiara tidak tersenyum ataupun tersipu ia hanya memperhatikan tanpa ekspresi di wajahnya. 

Lihat selengkapnya