Are You a Ghost?

caberawit
Chapter #27

BAB 27 Daru

Tiara duduk diruang tamu sambil memijat pangkal hidungnya sesal menyelimuti pikirannya. Kenapa ia begitu keras mengusir Gilang dan tidak mau menerima kebaikan Gilang? Kenapa hatinya begitu keras? Pertanyaan itu berputar dalam benak Tiara membuatnya semakin merasa bersalah pada Gilang. Cairan bening merembas membasi pipi turun sampai ke bibir, Tiara bermonolog. “Sekarang Lo di mana Lang? Maafin Gue Lang.” kata-kata itu terus di ucapkan berulang sampai air matanya yang asin begitu terasa masuk di rongga mulutnya.

“ Aaarghh….” Tiara menggebrak meja tamu meluapkan emosi yang menyesakkan dadanya.

“Ini semua salah Gue. Seandainya Gue bisa menahan diri dan berpikir jernih Gilang pasti masih aman disini… tapi Gue gak boleh nyerah, Gue harus cari Gilang dan minta maaf.”  Si Gadis Indigo bertekad kuat  bergegas pergi untuk mencari Gilang, mungkin sekarang ia harus kembali ke Rumah Sakit yang penuh dengan kenangan buruk dan juga penuh dengan para hantu yang akan mengejar energi indigonya. Akan sangat berbahaya bagi Tiara dengan kondisinya yang lemah seperti sekarang untuk kembali kerumah sakit tapi tekadnya sudah bulat agar bisa menemukan pemuda itu maka semua ketakutannya  menguap begitu saja .    

Ternyata dengan keberanian yang kuat para hantu di rumah sakit tidak berani mendekati anak indigo itu. Tanpa ragu Tiara melangkah sampai ke tempat Gilang dirawat walau ia tak yakin jika pemuda itu masih ada di dalam sekarang. 

               Benar saja kamar itu Kosong.

‘Kemana lagi aku harus mancarinya?’ semangatnya tiba-tiba pudar dengan langkah gontai Tiara menyusuri koridor di sepanjang bangunan yang dominan berwarna putih sesekali ia juga di datangi oleh hantu-hantu yang hendak  menyerap energinya namun entah kenapa tatapan nyalang gadis itu justru menyurutkan niat para makhluk astral tersebut. Ia melanjutkan ayunan kakinya menuju ruang rawat Pak Kyai.

               “ Assalamualaikum, Pak.” Seutas seyum tipis tersungging di wajah pias Tiara.

“ waalaikumsalam,” sambut Pak Mahmuddin pria tua itu juga membalas senyuman Tiara dengan tarikan bibir yang lebih lebar.

 Tiara berjalan dengan cepat menuju brankar dimana Pak Mahmudin terbaring lemah. Ia menangis di tepiannya “Pak maafin Tiara,Tiara gak bisa jaga Gilang dengan baik.” Gadis indigo tergugu tak segan mencegah tangisnya pecah di hadapan Sang Guru. “Dengan izin Gusti Allah semua pasti akan baik-baik saja.” Jawaban bijak Pak Kyai sontak membuat Tiara melongo takjub. Setiap kata yang keluar dari bibir Lelaki tua tersebut selalu menenangkan tidak pernah membuat Tiara merasa bersalah walau jelas ia telah melakukan kesalahan. “ Ta… tapi Pak…. ” wajah penuh sesal Tiara menengadah menatap Pak Kyai tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar . “Tiara gak tahu harus cari Gilang kemana?” isaknya putus asa.

               “Minta alamatnya pada suster yang pernah merawat Gilang. Mereka percaya kalau kalian adalah sepang kekasihkan? ” Pak Kyai terkekeh pelan mengingatkan Tiara akan kebenaran itu. “Pergilah cepat sebelum semuanya terlambat,” perintahnya lemah. Tiara menganggukkan kepala tanda mengerti  ia pun segera menemui suster dan dengan mudah mendapatkan alamat rumah Gilang.

               Tiara membaca tulisan yang tergores di kertas kecil yang ia peroleh dari rumah sakit kemudian pandangannya beralih pada rumah besar yang kini terpampang di hadapannya.

‘Apa iya ini rumah Gilang? Pagarnya besar banget. Masuknya dari mana?’    Tiara menatap gerbang besi yang menjulang tinggi tanpa tahu cara untuk masuk kedalam. Sampai terdengar olehnya suara yang menyapanya dengan pertanyaan. “ Ada perlu apa mbak?” bola mata Tiara mengedar mencari sumber suara yang ternyata berasal dari ujung gerbang. “Maaf Pak. Apa benar ini rumahnya Gilang?” tanya Tiara ragu. “Iya benar, Mbak siapa ya?” Tiara menghela napas pelan.

Lihat selengkapnya