Are You a Ghost?

caberawit
Chapter #32

Bab 32 Keputusan

‘Jadi masih ada kemungkinan Genderuwo itu akan kembali mengejar Tiara,tapi untuk apa? Mungkinkah untuk menyerap energinya? Setelah itu apakah Tiara masih hidup ?’ benak Fauzan tidak berhenti berpikir.

               Fauzan pusing sendiri memikirkan segala kemungkinan yang akan menimpa Tiara. Ia ingin kembali bertanya tapi melihat Pak Kyai yang lelah membuatnya mengurungkan niat, melirik Sang Guru lalu menyesap kopinya yang sudah dingin. Semakin ditahan rasa penasaran makin memuncak di benak Fauzan. “Ada lagi yang mau ditanyakan Zan?” Fauzan terlonjak mendegar penuturan Pak Kyai yang seolah mengetahui isi pikirannya. “A… apa boleh Pak, saya bertanya lagi?” Pak Kyai mengiyakan.

“Jika Daru si Genderuwo kembali, apa yang mungkin ia lakukan pada Tiara Pak?” kata-demi kata meluncur dengan cepat dari lisan Fauzan. Pak Mahmuddin menghela napas. “kalau apa yang akan dia lakukan Bapak tidak tahu pasti tapi kemungkinan besar ia akan melakukan hal yang sama seperti para hantu yang selalu mengincar energi Tiara.” Pria Tua itu kembali menghembuskan napas panjang.

“Sejak menolong Gilang sampai sekarang kemampuan indigo  Tiara belum kembali, bagaimana jika Daru si Genderuwo itu datang? Apa mungkin Tiara bisa bertahan?” kekhawatiran Fauzan benar adanya dan siapa yang sangka jika Mutia juga mendengar semua percakapan antara Guru dan Murid tersebut. Ibu satu anak itu semakin gelisah dan mulai berpikir untuk membujuk Tiara agar segera menikah dengan Fauzan demi keselamatan putrinya.

               “Ibu?” Mutia terkejut mendengar suara Putrinya. “Ra, Kamu ngapain disini?” Mutia menoleh kearah Tiara yang berdiri di belakangnya. Pias menghiasi wajah cantik Tiara yang tanpa ekpresi menilik gelagak Sang Ibu yang terlihat aneh di matanya. “Aku nyariin Ibu. Ibu ngapain disini? Diluar Ada tamu ya?” Tiara melangkah sambil sesekali memanjangkan lehernya ingin melihat siapa orang yang ada diteras rumahnya. “Itu Pak Kyai sama Fauzan.” Mutia mendorong putrinya agar tidak keluar.

“Tiara mau ketemu sama Pak Kyai Bu.” Mutia menghembuskan napas panjang. Mungkin sebaiknya ia segera membicarakan masalah pernikahan dengan Tiara bersama dengan Pak Kyai dan Fauzan.

“Sekarang Kamu duduk aja disini ya, Biar Ibu panggil Pak Kyai dan Fauzan.” Tiara menatap Ibunya Bingung. Kenapa kedua orang itu yang masuk kedalam, kenapa bukan ia saja yang keluar untuk menemui mereka. “Ada yang ingin Ibu bicarakan sama Kamu, Ra. Ibu mau bicaranya di dalam supaya tidak didengar orang.” Kelanjutan dari kalimat Mutia semakin membuat Tiara menerka-nerka apa gerangan yang sedang terjadi, kenapa Ibunya bersikap sangat serius.

Tiara duduk disalah satu kursi tamu, tak lama Pak Kyai, Fauzan dan Mutia masuk lalu mengambil bangku masing-masing.

“Pak mungkin sebaiknya kita segera bicarakan masalah yang tadi. Mumpung Tiara sudah siuman,”kata Mutia yang langsung mendapat sorotan penuh tanya dari Tiara.  Pak Kyai terlihat berpikir seraya menjatuhkan pandangannya pada Fauzan. Pria muda itu menganggukkan kepala  memberi kode setuju dengan semua keputusan Sang Guru. “Bagaimana menurut Kamu Zan?” tanya Mutia. “Saya ikut dengan keputusan Pak Kyai, Tan.”

               Tingkah semua orang membingungkan Tiara, ia tidak bisa menebak maksud dari percakapan mereka. Belum lagi otak si Gadis indigo memberikan petunjuk kini semua orang tengah menatap kearahnya. “Ada apa sih?” selidik Tiara. Tidak ada yang menjawab. Pak kyai mengalihkan pandangan pada Bu Mutia. “Sebaiknya Ibu yang tanyakan Pada Tiara,” saran Pak Kyai. Wanita dengan usia menginjak kepala empat itu akhirnya membulatkan tekad untuk bicara. Ia ingin masalah dengan Genderuwo ini cepat selesai. “Ra, Ibu rasa sebaiknya Kamu segera menikah.”

Lihat selengkapnya