Sesil perlahan membuka mata, dia baru saja terbangun dari tidurnya.
"Sudah terang." gumamnya dalam hati.
Dilihatnya lampu kamar sudah dimatikan dan cahaya matahari telah mengisi seluruh sudut ruangan kaca patri jendela kamarnya. Kemudia matanya menatap ke sekeliling kamar, sepi, ketiga teman sekamarnya tidak berada dalam kamar itu.
Sesil kemudian berpikir mungkin dua orang temannya Marine dan Christina sedang sarapan pagi di ruang makan sedangkan teman sekamarnya yang lain bernama Berna setiap hari Sabtu sore selalu rutin pulang ke rumah saudarnya yang berada di Klaten. Sebuah kota kecil yang tidak jauh dari kota Jogja, dan biasanya hari Minggu sore dia sudah kembali lagi ke asrama. Memang ada peraturan yang memperbolehkan setiap anak rantau yang tinggal di asrama untuk menginap di rumah Kakek/Nenek atau saudaranya di setiap akhir pekan.
Sesil membuka jendela kamarnya, seketika semerbak wangi segar khas bunga melati masuk ke dalam seluruh ruangan kamar, di pinggiran kamar Sesil terdapat pot-pot besar yang ditanami dengan bunga melati yang hampir tiap pagi bunganya selalu bermekaran. Kembali Sesil naik ke atas ranjang tingkatnya lalu merebahkan tubuhnya kembali.
Pikirannya pun kembali melayang ke laki-laki ganteng "aneh" itu lagi. Ia merenung dan berbincang-bincang sendiri di dalam batinnya;
Mmmm... Terkadang, saat Soulmate atau belahan jiwa bertemu, bukan untuk tetap bersama selamanya, tapi untuk saling menyentuh kehidupan satu sama lain, mengajarkan pelajaran cinta yang mendalam, pertumbuhan dan transformasi.
Konsep "belahan jiwa" seringkali memunculkan gambaran kebersamaan yang abadi, namun nyatanya alam semesta terkadang mempunyai rencana yang berbeda. Hubungan jiwa bisa saja intens dan mendalam, namun hal itu tidak selalu dimaksudkan untuk bertahan seumur hidup."
Sebaliknya mereka berfungsi sebagai katalisator perubahan yang mendorng kita menuju penemuan jati diri dan membantu kita berkembang dengan cara yang tidak pernah kita antisipasi.
Sejenak Sesil mengela napas.
Terkadang, bertemu dengan belahan jiwa yang tidak dimaksudkan untuk menetap selamanya bisa terasa indah, seperti hujan meteor yang terbang melintasi langit di atas kita yang cahayanya cemerlang dan transformatif. Jadi wajar saja jika kita berduka atas perpisahan itu, karena ada harapan dan mimpi indah yang tinggi yang telah diciptakan oleh diri, baik disadari maupun tidak disadari.