Are You Ready?

Naia Novita
Chapter #1

Deja Vu

Kinar tersentak, matanya terbuka melihat ke sekeliling. Berhenti tepat di wajah seseorang yang baru saja mengguncang bahunya.

"Bisa-bisanya lo ketiduran, Nar."

"Sorry Ra. Ngantuk banget gue soalnya."

"Lama-lama beneran kayak kalong lo!"

Kinar mendecak, "Nyebelin lo!"

Nara tertawa, melihat ekspresi kesal inar.

"Udah yuk balik ke kelas! Tiga menit lagi masuk, inget hari ini dosen kita killer!" Kinar segera membereskan barang-barang, lalu bergegas pergi meninggalkanku area perpustakaan.

------

Kinar tidak henti melamunkan mimpi yang meresahkannya sejak terbangun dari tidur tadi.

Nara mengajak Kinar untuk keluar, kelas baru saja erakhir.

Setelah keluar kelas, Nara hampir saja lupa menanyakan sesuatu pada Kinar.

"Kok tadi lo bisa sampe nggak denger, padahal berkali-kali loh, lo dipanggil sama dosen?"

"Gue dari tadi ngelamun, gara-gara dapet mimpi buruk."

"Mimpi buruk apa?" Kinar menggaruk tengkuknya.

"Duh, gimana ya ceritainnya, pokoknya ngeri banget deh, Ra. Gue nggak mau bahas terlalu detail."

"Yaudah nggak perlu dikhawatirin berlebihan, Nar. Paling cuma mimpi buruk biasa, gue udah beberapa kali ngalamin dan nggak ada satupun yang jadi kenyataan kok." jelas Nara.

Kinar hanya bisa menghela napas panjang, berusaha keras tidak semakin berlarut-larut dalam kekhawatiran.

Ketika tiba di halte, keduanya menunggu sejenak. Hingga bus akhirnya datang, Kinar dan Nara bergegas menaikinya.

"Oh ya, nanti gue mau ke toko buku dulu ya."

Nara mengangguk, "Oke."

"Kalau udah sampai rumah, jangan lupa kabarin gue ya?"

"Loh kenapa tiba-tiba begitu? Nggak biasanya deh lo." heran Nara berkerut kening.

Kinar berdiam sesaat, "Yaa.. Pokoknya kabarin aja."

"Yaudah iyaa, gue kabarin nanti."

Pemberhentian selanjutnya ...

"Gue duluan ya! Lo hati-hati.

Nara melambaikan tangan, "Iya lo juga hati-hati."

-------

Kinar membuka pintu, matanya menatap sekeliling toko buku. Kinar lega karena toko buku tidak terlalu ramai hari ini. Itu artinya ia bebas melihat-lihat koleksi novel dengan tenang.

Sudah sejak dari kelas dua SMA Kinar berkunjung ke toko buku ini. Bukan terlalu sering datang tiap saat, tapi Kinar hanya datang jika ingin menambah koleksi novelnya. Dan itu hanya terjadi jika ia telah berhasil menyisihkan sebagian uang sakunya.

Beberapa menit berlalu, Kinar telah selesai dengan kegiatannya. Segera menyerahkan satu novel dan memberikan selembar uang pada kasir.

Kinar terperanjat ketika mendengar suara yang cukup kencang dari arah luar, tak terkecuali dengan kasir dan beberapa pengunjung lainnya.

Kinar menatap ke arah orang-orang yang keluar dari toko buku, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Usai keluar mengikuti kemana arah orang-orang tersebut pergi, Kinar terbelalak melihat seorang nenek sudah tergeletak bersimbah darah.

Sepertinya nenek tersebut merupakan korban tabrak lari, karena tidak ada satupun kendaraan yang berada di dekatnya. Ambulans pun datang, beberapa petugas medis segera mengangkut nenek itu menggunakan tandu.

Di tengah suara bising dari sirine ambulans serta suara warga yang saling bersahutan, Kinar terpaku melihat sebuah buku yang berada pembatas jalan dan tak terlalu jauh dari TKP.

Setelah korban dilarikan ke Rumah Sakit, kerumunan warga perlahan bubar. Kinar mendekati pembatas jalan dan mengambil buku yang mencuri perhatiannya itu.

"Unknown Book?" batin Kinar.

Perlahan Kinar menoleh ke arah becak darah yang tersisa di aspal, lalu melihat plang toko buku 'dream gallery' di sebrang jalan.

Kinar menutup mulutnya rapat-rapat, buku yang sebelumnya dipegang pun terjatuh. Teringat akan mimpi buruk yang dialami. Kejadiannya sama persis.

Kinar menggeleng, memundurkan kakinya yang telah gemetar dan berlari secepat mungkin, membiarkan buku itu tertinggal.

------

Kinar merebahkan tubuh, melepas penat lantaran lelah berlari tadi. Kinar segera mengotak-atik ponselnya, mengecek apakah Nara sudah mengabari atau belum.

Lihat selengkapnya