ARFANAYA

SADNESS SECRET
Chapter #2

Bertemu Cinta Pertama

Banyak yang mengatakan bahwa cinta adalah rasa yang manis. Perasaan mencintai adalah perasaan yang membawa tawa dan kebahagiaan. Tapi apakah itu akan terjadi pada semua orang yang merasakan cinta? Hanya seorang Anaya Nabila yang tau jawabannya, karena kisahnya dapat menjawab pertanyaan apapun mengenai persoalan yang namanya cinta.

Di dalam sebuah kelas yang begitu ramai oleh siswa lain, Anaya duduk disebuah kursi yang berada pada deret ketiga. Kursi itu berada paling pojok kiri dan satu deret dengan meja guru.

“Anaya?”

Suara teriakan yang membuat Anaya terbangun dari lamunannya. Anaya melihat wajah dari seseorang yang memanggilnya. Perempuan yang ada di hadapannya itu tersenyum sumringah sekaligus kaget. Wajah yang sangat antusias.

“Zea?” balas Anaya dengan senyuman dan mata berbinar.

“Aku boleh duduk bareng kamu ga?” tanya Zea, melirik kursi di sebelah Anaya dengan senyum lebar.

“Boleh.” Anaya mengangguk.

Zea lalu duduk dikursi yang masih belum terisi di sebelah Anaya. “Kamu masuk sekolah ini juga?” tanya Zea.

“Iya,” jawab Anaya. Mereka berdua lalu bertukar cerita dengan penuh tawa.

Anaya dan Zea adalah teman satu kelas di SMP. Tetapi mereka tidak berteman dekat. Mungkin kali ini karena mereka berada di kelas dan sekolah yang sama mereka akan menjadi lebih akrab dari sebelumnya.

Ditengah pembicaraan asik yang Anaya dan Zea lakukan, satu persatu siswa masuk ke dalam kelas itu. Mereka berada di kelas MIPA 1, kelas unggulan pertama di SMA 1 Bandung. Siswa yang mampu masuk ke kelas tersebut adalah siswa yang berhasil menempati peringkat 1 hingga 32 teratas saat tes masuk.

Di pintu masuk, seorang laki-laki memecah fokus Anaya. Mata Anaya menatap lekat wajah yang belum pernah ia temui sebelumnya. Anaya tak dapat berpaling dari kedua pasang mata itu. Mata yang memancarkan sebuah tatapan penuh misteri. Tatapan dingin yang terlihat tidak memperdulikan apapun di sekitarnya.

Anaya merasakan ada sesuatu yang berbeda dari sosok itu, dia berbeda dari orang-orang yang pernah Anaya temui. Sorot mata laki-laki yang sedang ia tatap lekat itu membuat rasa penasaran dalam diri Anaya meningkat. Sepasang mata dengan tatapan penuh misteri yang rasanya ingin ia jelajahi.

“Dia..., siapa?” suara benak Anaya.

“Nay.” Zea berteriak mengagetkan Anaya. Anaya tersentak kaget, ia keluar dari lamunan dalam itu.

Laki-laki yang sedang Anaya lihat duduk di kursi yang cukup jauh dari tempat Anaya berada. Mereka duduk sejajar tetapi ada dua meja lain yang memisahkan tempat duduk mereka.

Zea kebingungan. Matanya lalu melihat ke arah tempat tatapan Anaya tertuju. “Lihat siapa sih?” tanya Zea, heran.

“Bukan siapa-siapa,” kelak Anaya dengan senyuman. Langsung mengalihkan pandangannya.

Seluruh murid sudah berada di dalam ruang kelas. Mereka semua sudah duduk rapi di kursi yang mereka pilih masing-masing. Begitu pula dengan Anaya yang sudah datang jauh sebelum bel berbunyi.

Ketika bel berbunyi seorang guru masuk ke dalam kelas mereka. Guru itu adalah wali kelas MIPA 1.

“Selamat pagi semuanya,” sapa bu Eni.

“Pagi bu,” teriak kompak seluruh siswa didalam kelas.

Bu Eni mulai memperkenalkan diri, menceritakan mengenai dirinya. Tetapi Anaya tidak fokus mendengarkan. Karena pandangan Anaya hanya tertuju pada sosok laki-laki yang sudah mencuri perhatiannya sejak masuk ke dalam kelas.

Anya terus mencuri-curi pandangan. Rasa penasaran yang berkecamuk dalam diri Anaya membuatnya tak bisa lepas dari sosok laki-laki itu.

“Oke, ibu kan sudah memperkenalkan diri. Jadi sekarang gantian dong. Kalian maju satu-satu kedepan, memperkenalkan diri mulai dari nama lengkap, nama panggilan, asal sekolah dan alamat rumah. Mulai dari yang ujung sebelah sana.” Bu Eni menunjuk bangku yang berada di ujung kanan depan.

Lihat selengkapnya