Anaya dan Fathan mengantri untuk masuk ke dalam lapangan. Saat sedang mengantri Anaya melihat Arfan, Rama, Surya, Irfan, Dani dan Gilang juga ada disana. Mereka sedang mengantri di barisan lain yang masuk melewati pintu B. Sementara Anaya berada di antrian pintu A.
Sebuah kebetulan yang Anaya tak inginkan. Jadi Anaya menurunkan sedikit topinya, menutupi wajahnya agar tak terlihat atau dikenali oleh teman-teman kelasnya.
Antrean itu cukup panjang. Butuh waktu sekitar dua puluh menit hingga akhirnya bisa masuk ke dalam. Anaya dan Fathan lalu mencari nomor kursi mereka. Itu terletak pada bagian paling depan.
“Pah disini,” panggil Anaya setelah menemukan kursinya.
Anaya dan Fathan akhirnya dapat duduk setelah berdiri mengantri cukup lama. Tak lama kemudian, Arfan dan teman-temannya datang ke deretan kursi yang sama dengan Anaya. Mereka bahkan bertatapan dengan Anaya yang sudah berada di kursinya.
“Anaya? Lo disini juga?” tanya Irfan.
“Iya,” jawab Anaya dengan ramah.
“Kebetulan banget,” ucap Gilang.
“Anaya ini teman-teman kamu?” sela Fathan.
“Iya pah. Ini Irfan, Rama, Surya, Dani, Gilang, dan..., Arfan,” ucap Anaya sambil menunjuk satu persatu ke arah teman-temannya.
“Hallo om,” sapa mereka kompak.
Yang membuat Anaya paling syok hingga tak dapat berkata-kata adalah mereka duduk tepat di sebelah kursi Anaya. Dari banyaknya kursi yang ada di studio itu, kenapa mereka harus duduk di bagian yang sama bahkan pada deret yang sama. Lebih gila lagi karena duduk bersebelahan.
Bagian yang sungguh tak bisa Anaya percaya adalah, Arfan duduk tepat di sebelahnya. “Gila.” Satu kata yang langsung terlintas dipikiran Anaya.
Tak bisakah salah satu dari mereka berlima yang duduk disebelah Anaya? Kenapa harus Arfan diantara mereka berenam? Anaya merasa tak akan bisa menikmati pertandingan hari ini.
Anaya hanya bisa merasakan detakan jantungnya di tengah kehebohan pertandingan. Anaya merasa ada keanehan pada udara yang sedang mengelilinginya. Terasa dingin dan panas secara bersamaan. Bahkan Anaya merasa tak bisa bernafas.
Pertandingan di mulai. “Wuuuuuu....,” suara gemuruh dari pada penonton ketika para pemain mulai memasuki arena pertandingan.
Semua orang disana terlihat menikmati pertandingannya. Bahkan Anaya melihat papanya yang sedang fokus pada pertandingan yang sedang berlangsung. Ini adalah kali pertama Anaya tak bisa menikmati pertandingan basket setelah ratusan kali menonton. Jangankan menikmati pertandingan, membuat dirinya saja Anaya tak bisa.
“Anaya..., tenang, oke? Tenang.” Anaya berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas panjang dan menghembuskan nafas secara perlahan.
Anaya melihat kearah Arfan yang juga sedang sibuk menonton. Matanya bahkan tak berkedip saat itu. Anaya jadi teringat kejadian di sekolah saat Arfan membahas mengenai tim basket sekolah kepada Raka. Mungkinkah itu pertanda jika Arfan akan masuk ke dalam tim sekolah. Itu pasti akan seru jika sungguh terjadi.