Anaya masih berada di dalam lamunannya karena bertatapan dengan Arfan dari jarak yang sangat dekat. Dari jarak sedekat itu, Anaya dapat melihat lebih dalam mata yang selalu membuatnya teralihkan dan tak ingin berpaling.
Raka lalu datang dan mengambil buku yang sedang Arfan sodorkan kepada Anaya. “Bocil,” bisik Raka tepat disamping telinga Anaya. Lalu menyenggol pelan tubuh mungil Anaya.
Anaya akhirnya tersadar kembali. “Maaf,” gumam Anaya pelan lalu beralih cepat ke meja lain.
“Kenapa dia tiba-tiba bengong gitu,” gumam Gilang, bingung. Arfan hanya terdiam, tak menanggapi.
Anaya dan Raka telah selesai pada tugas yang sebenarnya untuk Anaya. Mereka menaruh semua buku itu diatas meja guru.
“Makasi Anaya, Raka,” ucap bu Asma dengan senyuman.
Anaya dan Raka kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. “Ga bosen apa liat Arfan tiap hari,” kata Zea sambil menyenggol tubuh Anaya dengan bahunya.
“Huh?” Anaya mengerutkan kening, mulut dan matanya terbuka bersamaan. Ia memandang ke arah Zea yang juga memandangnya dengan tatapan aneh penuh makna.
Tetapi Anaya merasa tak ingin bertanya. Jadi Anaya tak menanyakan maksud dari ucapan Zea. Justru Anaya bertanya kepada dirinya sendiri. Apa yang sudah ia lakukan hingga membuat Zea berkata begitu? Apakah Anaya ketahuan sering melihat Arfan? Atau apakah benar Anaya selalu melihat Arfan? Anaya tak merasa begitu.
Ketika jam istirahat, Sarah tiba-tiba ingin membagi cerita mengenai gosip yang ia dengar dari teman-teman lain. Anaya, Zea, Caca dan Sarah mendekatkan kepala mereka satu sama lain. Agar tidak ada yang dapat menguping pembicaraan mereka berempat.
“Katanya Tiana dan Ilia itu mantannya gilang,” ucap Sarah. Anaya, Zea, dan Caca secara serentak menunjukan wajah kaget.
“Wah, dia punya dua mantan di satu kelas yang sama,” ucap Zea, tak percaya dengan fakta mengejutkan itu.
“Di kelas ini mantannya dua, di tempat lain berapa?” gumam Caca.
“Cinta masa muda memang indah. Beda sama cinta masa kecil yang cepat berlalu,” kata Sarah.
“Kalian juga punya mantan di kelas ini? Banyak yang dulu SD atau SMP nya bareng kan,” ucap Anaya.
Mereka berempat saling memandang, menunggu siapa yang akan mengaku duluan. “Aku ga punya mantan jadi jangan tatap aku begitu,” ucap Anaya, tersenyum lebar.
“Wa-,” Sarah baru saja mulai dan bahkan belum menyelesaikan satu kata, ia sudah langsung di tatap dengan penuh antusias oleh ketiga sahabatnya itu.
“Walaupun sebenarnya aku malu ngakuin ini. Tapi kalian harus pura-pura ga tau yah,” kata Sarah. Ketika mendengar itu mereka semua kompak mengangguk dengan penuh keyakinan.
“Sebenarnya, aku dan Arfan itu pernah pacaran di SD selama 3 hari,” jelas Sarah.
Anaya dan Zea sontak saling melihat. Lalu tiba-tiba Zea batuk dengan suara keras.