“Semua orang bilang kalau kamu sama Raka pacaran,” ucap Zea.
Bagaikan petir di siang bolong. Anaya merasa dirinya telah dihantam oleh ombak yang besar. Gosip macam apa yang sudah tersebar di kelas. Entah sudah seberapa jauh gosip itu tersebar.
Mata Anaya langsung tertuju pada Arfan setelah mendengar mengenai gosip tersebut. Anaya khawatir jika Arfan juga ikut salah paham pada informasi yang tidak benar itu.
Anaya lalu beranjak dari kursinya. Ia ingin memberitahu Raka mengenangi masalah ini. Agar dia bisa menjelaskan kepada teman-teman mereka jika tak ada hubungan diantara mereka berdua.
Tiba-tiba Luna berdiri di hadapan Anaya. Menghentikan langkah Anaya dengan wajah marah. “Kamu pacaran sama Raka?”
Nafas Anaya berhembus dengan berat. “Kita ga ada hubungan apa-apa. Cuma teman kok.”
Luna menyilangkan tangannya. “Kalau gitu bilangin ke Raka suruh save nomor aku. Oke?” Wajah marah itu tiba-tiba berubah menjadi senyuman permohonan.
Anaya mengangguk pelan tanpa bersuara. Luna lalu kembali duduk di bangkunya. Wajahnya terlihat senang. Anaya jadi berasumsi bahwa Luna memiliki perasaan untuk Raka. Itu mungkin, Anaya hanya merasa dan menebaknya dengan sembarang.
Tangan Anaya mengeplak meja dengan sedikit keras. Sebagian orang menyadari itu dan sebagian lainnya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Saat itu Raka sedang duduk dengan santai. Walaupun Anaya memukul mejanya, Raka tidak terlihat kaget atau terusik sama sekali. Tatapan mata yang selalu sama saat Anaya menatapnya.
Mata Anaya menajam. “Ada gosip yang bilang kalau kita pacaran,” jelas Anaya dengan suara kecil. Anaya takut jika ada yang mendengar pembicaraan itu. Walaupun seluruh kelas juga sudah mengetahui gosip yang menurut mereka adalah fakta.
Senyum Raka malah nampak begitu jelas setelah mendapatkan informasi tak benar. Membuat Anaya semakin kebingungan.
“Gue ga peduli,” jawab Raka dengan santainya.
“What?” balas Anaya, heran.
Anaya tak melanjutkan pembicaraan itu dan memilih untuk kembali ke mejanya. Anaya merasa sangat kesal dengan gosip itu tetapi Raka malah bersikap biasa saja. Yang paling membuat Anaya khawatir adalah Arfan. Walaupun Arfan kelihatannya tak peduli saat Anaya memandang ke arahnya.
“Nay, gimana?” kata Luna, ia bicara dari bangkunya.
“Aku ga sempat bilang. Nanti pulang sekolah aja,” jawab Anaya.
“Oke.”
Saat pulang sekolah, Raka langsung menghampiri Anaya dibangkunya. Melihat itu Anaya langsung melihat seisi kelas. Memastikan mereka tidak sedang melihat Raka yang sedang menemuinya. Tetapi karena semuanya sedang bersiap-siap untuk pulang, tentu ada yang melihat.
Anaya buru-buru mengemasi barang-barangnya. “Aku duluan yah,” kata Anaya kepada Zea dan lainnya.
Tangan Anaya meraih lengan baju Raka. Menariknya berlari meninggalkan kelas. Tindakan Anaya justru di artikan dalam arti yang lain oleh teman-temannya. Di mata orang lain itu adalah adegan yang romantis.