“Aku kira kamu bakal bareng Raka. Soalnya dulu kalian berantem mulu. Musuh jadi cinta.” Fina tertawa kecil saat mengatakan itu.
“Apaan sih, ga mungkin,” tampik Anaya.
“Nama cowok yang kamu suka itu siapa?” tanya Fina.
“Arfan.” Anaya mengucapkan nama itu sambil membayangkan sosok Arfan.
“Besok aku mau liat ah. Aku ke kelas kamu waktu jam istirahat.”
“Dia punya mantan di kelas. Mantannya itu teman deket aku. Terus dia juga lagi di gosipin sama Wakil Ketua Osis yang namanya kak Narin. Dan aku liat kak Narin kasih permen ke Arfan di depan kelas, depan mata aku sendiri.” Kisah yang sangat berat.
“Permen doang,” cemooh Fina. “Sekalinya suka cowok berat banget kisahnya. Aku mau pastiin kalau kisah dia sesuai sama tampangnya,” sambungnya
“Aku suka matanya. Mukanya bonus,” balas Anaya.
***
Disekolah, guru yang seharusnya mengajar di kelas Anaya tak masuk. Akhirnya kelas X MIPA 1 merasakan rasanya jam kosong pertama mereka di SMA.
Pemandangan yang sudah biasa terjadi ketika jam kosong sejak Sekolah Dasar. Para murid bercanda dengan penuh tawa. Beberapa penghuni kelas pergi ke kantin, ada juga yang berdiam diri di bangku mereka sambil memainkan ponsel.
Anaya memilih mengobrol dengan teman-temannya. Mereka asyik berbincang mengenai banyak hal. Sampai Anaya teralihkan pada peluang yang ada tepat di depannya.
“Bentar yah, aku mau ngobrol dulu bareng Raka,” ucap Anaya ditengah obrolan.
Anaya lalu pergi ke meja milik Surya dan Irfan. Saat itu mereka sedang tidak berada dikelas. Dan entah apa alasannya Raka duduk di bangku milik Surya. Jadi Anaya memanfaatkan momentum itu agar duduk berdekatan dengan Arfan dengan duduk bersama Raka.
“Rak, nanti sore ada pembinaan olim ga?” tanya Anaya langsung setelah duduk.
“Ada, kenapa?” balas Raka.
“Boleh bareng ga?” pinta Anaya.
Raka terdiam sesaat. Dari caranya memandang, Raka merasa sikap Anaya aneh. Karena tidak biasanya Anaya bersikap seperti itu. Apalagi sampai meminta untuk dijemput.
“Gue pikir dulu,” kata Raka, datar.
“Kalau udah kabarin aku yah,” ujar Anaya.