“Ada seseorang yang gue suka.”
“Siapa? Kamu deket sama cewek mana lagi selain Anaya?” tanya Luna dengan penuh penekanan.
“Bukan urusan lo.” Raka kemudian pergi meninggalkan Luna dengan tatapan dingin.
Sementara itu Anaya yang melewatkan adegan penting dalam pertunjukan pernyataan cinta Luna, membuatnya tak tau akhir dari pertunjukan tersebut.
Anaya berjalan di halaman sekolah dengan sudah menggunakan tas. Ia hendak pulang ke rumah.
Tiba-tiba tangan Anaya ditarik oleh seseorang dari belakang. Membuat tubuh Anaya bergerak mengikuti tarikan tersebut. Tubuh Anaya membalik menghadap sosok yang sedang menariknya.
“Raka?” gumam Anaya. Tangannya masih digenggam dengan erat oleh Raka.
“Kenapa pergi?” tanya Raka.
“Aku ga mau denger jawaban kamu,” balas Anaya, memalingkan wajahnya.
“Kenapa?” ucap Raka.
“Kalau kalian pacaran... kamu bakal tetap jadi teman aku kam?” balas Anaya dengan ragu.
Raka melangkah mendekati Anaya. Hingga menyisakan satu jengkal jarak. “Gue ga akan pacaran, selain sama-”
“Anaya, Raka.” Panggilan yang membuat Anaya dan Raka menoleh. Marvin berlari menemui Anaya dan Raka yang sedang berbincang.
Marvin melihat tatapan tajam dari Raka. Seolah akan memakannya. “Apa aku ganggu kalian?” tanya Marvin.
“Ga kok. Kenapa Vin?” balas Anaya.
“Makasi udah datang nonton pertandingan aku. Bentar lagi bakal ada final. Kalian bisa datang lagi kan?” jelas Marvin.
“Kalau ga ada halangan aku pasti datang kok,” jawab Anaya.
“Aku bakal senang kalau kamu datang, Nay.” Marvin memberikan senyum sumringah. “Aku masih ada kegiatan lain. Aku duluan yah, hati-hati pulangnya,” sambung Marvin.
“Semangat,” ucap Anaya.
Pembicaraan yang menjadikan Raka penonton itu berakhir. Sejak tadi Raka sudah menatap dengan tajam ke arah Marvin yang tiba-tiba menyela pembicaraannya dengan Anaya.
***
Anaya berjalan bolak balik didalam kamarnya. Menggigit bibirnya karena perasaan cemas. Sambil terus memantau ponsel setiap beberapa detik.