Raka bicara dari jarak yang terlalu dekat dengan Anaya. Hingga Anaya dibuat malu karenanya.
Tangan Anaya mendorong tubuh Raka untuk sedikit menjauh darinya. “Pokoknya jangan terlalu dekat,” kata Anaya, canggung.
Hingga pulang sekolah, Raka terus berada disisi Anaya. Raka tak membiarkan Anaya hilang sedetikpun dari pandangannya. Kecuali saat di toilet.
Raka menemani Anaya saat menunggu mamanya sampai. Raka terus berada disana bersama Anaya hingga Susan tiba didepan sekolah. Anaya pulang setelah berterimakasih dan berpamitan dengan Raka. Hari ini Raka sangat berjasa, Anaya sangat bersyukur untuk itu.
***
“Jangan... jangan... jangan!” teriak Anaya. Anaya lalu terbangun dari mimpi buruk itu.
Setiap malam Anaya selalu memimpikan hal yang sama. Terus menerus secara berulang setiap harinya. Hingga Anaya merasa sangat tertekan karena mimpi itu.
Kejadian menyedihkan yang Anaya alami saat di dunia nyata terjadi juga dalam dunia mimpi. Jadi Anaya tak bisa merasakan kenyamanan walau hanya sesaat. Dimanapun dia berada, rasa takut itu selalu menghantuinya.
Anaya turun ke dapur untuk mengambil minum. Setelah meminum segelas air, perasaan Anaya menjadi sedikit lebih tenang. Rasanya tak ingin tidur karena bisa saja bermimpi buruk lagi. Tetapi Anaya bangun pada pukul satu dini hari. Jika tidak kembali tidur maka ia akan mengantuk di kelas.
Akhirnya Anaya memutuskan untuk kembali tidur. Malam yang disinari langsung oleh cahaya bulan purnama. Anaya berharap sinar bulan itu dapat menyerap mimpi buruknya hingga ia tak perlu bermimpi buruk lagi.
Pagi hari tiba. Anaya mengawali harinya dengan tersenyum. “Akhirnya bisa tidur pulas.”
Anaya melalui harinya seperti biasa. Pergi ke sekolah, belajar dengan tekun, menghindari Rama dan Arfa, serta selalu bersama Raka.
***
Setelah sampai dirumah, Anaya buru-buru mengganti seragam sekolahnya. Kemudian langsung berlari mengambil kunci mobil.
“Sayang mau ke mana? Makan dulu,” ucap Susan.
“Anaya ada urusan mendesak. Pulang sore,” balas Anaya sambil terus berlari.
Mobil yang Anaya gunakan melaju dengan cepat. Anaya buru-buru mencari lokasi toko kue yang direkomendasikan di internet. Review toko itu bagus, jadi makanannya pasti lezat. Jika saja Anaya suka makan kue, mungkin dia tidak perlu kesusahan seperti itu.
Mata Anaya terus mengintai banyak toko yang ada di pinggir jalan. “Illocake,” gumam Anaya secara terus menerus agar tidak melupakan nama toko yang ia cari.
“Ketemu.” Anaya lalu memarkirkan mobilnya di depan toko tersebut.
Buru-buru Anaya masuk ke dalam toko. Para pelayan disana menyambut Anaya dengan ramah. Lalu memberikan menu dari toko mereka. Pelayan toko juga menawarkan kue yang bisa dibuat sesuai dengan selera masing-masing.