ARFANAYA

SADNESS SECRET
Chapter #32

Anggap Perasaan Itu Tak Pernah Ada

“Aku udah buat keputusan. Aku akan hapus rasa ini. Aku ga mau kehilangan kamu, Raka.” Anaya memperlihatkan tekad di matanya.

Sudut bibir Raka naik. Dia tersenyum, senyuman yang biasa Anaya lihat.

“Gue juga ga mau kehilangan lo, bocil.” Balasan Raka yang membuat Anaya tersenyum bahagia.

Akhirnya Raka kembali, sama seperti dulu. Anaya ingin kehangatan itu terus terjadi. Kehangatan yang membuatnya nyaman hingga menjadi terikat. Anaya sudah terbiasa dengan kehangatan yang selalu menemani harinya, Anaya tak ingin itu hilang. Jika itu pergi lagi, hanya kehampaan dan kekosongan yang tersisa.

“Mau nonton pertandingan basket bareng?” tanya Anaya.

Wajah Anaya nampak begitu antusias. Jadi Raka mana bisa menolak. Sehingga Raka dengan senang hati menerima ajakan itu.

“Lo ngajak gue kencan?” kata Raka.

“Bisa diartikan begitu.” Anaya menjawab tanpa keraguan.

Anaya kemudian mengajak Raka menonton pertandingan basket di tempat yang biasa ia datangi bersama papanya. Raka mungkin tau banyak hal soal Anaya, tetapi Raka tidak mengetahui bahwa Anaya sering menonton pertandingan basket. Tak peduli siapa pemainnya.

Mereka telah sampai di depan gedung tempat pertanding. “Sejak kapan lo suka nonton pertandingan basket?” tanya Raka.

“Sejak kita udah ga temenan,” balas Anaya, tersenyum lebar dengan ekspresi jahil. “Kamu lupa pas SD aku suka main basket? Karena ga bisa jadi pemain, aku jadi penonton aja,” lanjut Anaya dengan jawaban yang sebenarnya.

“Dilarang om Fathan?” tanya Raka.

“Iya... tapi aku setuju sama saran papah. Aku kan anak olim, harusnya fokus belajar aja,” balas Anaya.

“Lain kali kita main basket bareng. Gimana?” ajak Raka.

“Boleh,” jawab Anaya. Anaya jadi sangat menantikan hari itu tiba. Saat dia dan Raka main basket bersama. Pasti akan sangat seru. 

Mereka lalu melangkah memasuki ruang pertandingan. Kali ini untuk pertama kalinya Anaya dapat menikmati pertandingan bersama Raka. Dan untuk pertama kalinya ada hal yang lebih menarik mata Anaya dibandingkan pertandingan yang ada di depannya.

Wajah serius Raka saat menonton adalah pemandangan indah yang membuat tak bisa berpaling. Mata Anaya terkunci pada pemandangan indah itu. “Sejak kapan dia jadi tampan begini?” isi batin Anaya.

Lihat selengkapnya