ARFANAYA

SADNESS SECRET
Chapter #33

Sifat Asli

“Lo udah ga mau jadian sama Arfan yah rupanya. Awas aja lo merengek biar gue deketin lo sama Arfan. Walaupun lu sujud di kaki gue, jangan pimpi gue setuju,” kata Rama. Ekspresi menyeramkan itu muncul.

“Ohhh... ternyata lo berharap gitu,” balas Anaya. “Dasar sampah,” lanjut Anaya dengan sarkas.

Rama melangkah maju, dari wajahnya, sepertinya dia ingin mengamuk. Tetapi Arfan menahan tubuh Rama dengan memegang pundaknya.

“Ram, udah,” ucap Arfan. Sikapnya begitu tenang. Seperti air tenang yang menghanyutkan.

Raka memberikan tatapan sinis dan tajam kearah Rama. Bagaikan serigala yang bisa menerkam kapan saja ketika di usik.

Kemudian Raka menarik tangan Anaya dengan lembut, membawa Anaya pergi dari tempat itu. Tidak perlu berlama-lama menanggapi anjing yang menggonggong. Tidak ada manfaatnya dan sangat tak berguna. Lebih baik melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat.

***

“Sakit, lepasin aku,” jerit Caca. Caca menahan rasa sakit yang hebat di kepalanya.

Di halaman belakang sekolah, Caca yang diseret oleh Rama ke sana sedang di siksa. Rama mendorong Caca hingga beberapa kali terjatuh ke tanah. Menyebabkan banyak luka di kaki dan tangan Caca. Tak hanya itu, Rama juga menarik rambut Caca dengan keras. Walaupun Caca meminta pertolongan, tak ada orang yang bisa menyelamatkannya.

“Aku mohon lepasin aku,” rintih Caca. Air matanya mulai menetes akibat rasa sakit itu.

“Lo harus dapat ganjaran atas sikap teman lo itu ke gue. Dia pikir dia siapa sampai berani hina gue. Sampai kapanpun dia ga akan bisa menang,” bentak Rama.

Rama tertawa dengan puas diatas penderitaan yang ia sebabkan. Bukannya bersimpati, dia malah menunjukan tawa yang keras.

Dengan sekuat tenaga Caca berusaha melepaskan diri. Hingga membuatnya berguling di tanah. Seragam putih yang ia kenakan berubah menjadi kecoklatan. Rambut Caca juga berantakan, wajahnya dipenuhi oleh bercak tanah.

Setelah berhasil lepas dari cengkraman Rama, kesempatan itu Caca manfaatkan untuk berlari kabur. Caca berlari di antara kerumunan para siswa. Setiap siswa yang Caca lewati dikejutkan dengan penampilan Caca yang sudah acak-acakan.

Caca sampai di dalam kelasnya. “Anayaaa,” teriak Caca.

Pandangan Anaya langsung tertuju pada suara Caca. Mata Anaya melotot melihat kondisi Caca dengan pakaian yang sangat berantakan. Zea dan Sarah juga sangat syok melihat Caca.

Lihat selengkapnya