Aku duduk di bangku taman belakang sekolah. Sejak bel istirahat berbunyi, aku hanya diam menyendiri di sini ditemani alunan merdu dari lagu yang ku dengar lewat sepasang earphone yang menyumpal kedua telinga, tersambung pada ponsel kesayangku, ponsel yang Arga belikan untukku dulu. Terik mentari tak menggangguku sedikit pun, karena pohon rindang menaungi bangku tempatku duduk.
Lagu "I miss you" dari Westlife mengalun indah, lengkap dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa ke arahku, membuatku refleks memejamkan mata menikmati semua itu. Tanganku mendekap erat sebuah buku album milik Arga. Kini aku mengerti kenapa dulu dia sering mengambil fotoku diam-diam, tak jarang pula dia memintaku untuk berfoto bersama. Ternyata dia sengaja menyimpan semua foto itu dalam buku albumnya. Buku ini diberikan oleh bundanya Arga sehari setelah kepergiannya.
Saat lagu berganti aku membuka mata, perlahan tanganku mulai membuka buku album. Ada banyak sekali foto diriku dan foto kebersamaan kami. Bunda-nya bilang jika Arga selalu memandang foto-foto ini kala dia dirawat di Rumah Sakit, sebelum aku tahu tentang hal yang menimpa dirinya.
Bibirku mengukir senyum melihat fotoku dan Arga, dalam foto itu aku terlihat kaget dengan Arga yang mencium pipiku. Tanpa sadar tanganku menyentuh pipi kiriku, pipi yang Arga cium dalam foto. Semua kenangan tentangnya kembali terputar dalam benak.
Aku merindukanmu Ga.
Kini tanganku beralih menyentuh wajah Arga dalam foto. Di sana, dia tersenyum hangat ke arah kamera membuat Arga seakan sedang kenatapku sekarang, dia adalah orang yang menyebalkan sekaligus menyenangkan dengan segala keanehannya, membuatku merindu setiap waktu.
Aku kembali tersenyum melihat fotoku yang sangat memalukan. Itu adalah foto saat MOS dulu, aku tidak menyangka jika Arga mengambil fotoku saat itu. Saat di mana kami bertemu untuk pertama kalinya. Dari sanalah kisahku dan Arga dimulai, saat itu.....
*********🌿🌿🌿🌿🌿*********
Dua tahun yang lalu....
Kring...kring...kring....
Aku menggeliat saat mendengar bunyi alarm, tanganku meraba nakas di samping tempat tidur. Dengan mata yang masih terpejam aku meraih jam weker yang masih berbunyi nyaring memekakkan telinga. Seketika mataku melotot saat melihat angka 06.48. Refleks aku melempar jam weker kesembarang arah dan langsung berlari ke kamar mandi.
Gawat...gawat..kenapa aku bisa bangun kesiangan di hari pertama MOS!
Kenapa Kak Kena tidak membangunkanku?
Semalamkan aku sudah mewanti-wanti agar dibangunkan sebelum pukul 06.00 pagi.Â
Huh, dasar!!
Melihat waktu yang sudah mepet, dan pukul 07.00 MOS akan dimulai, aku memutuskan untuk tidak mandi, hanya menggosok gigi dan mencuci wajah.
bodo amat toh mau mandi ataupun tidak aku tetap cantik.
Kurang dari lima menit aku sudah keluar dari kamar mandi. Dengan lincah tangan kananku sibuk memakai seragam sedangkan tangan kiriku memasukkan peralatan dan barang-barang keperluan MOS ke dalam tas ransel.
Sesuai perintah aku mengikat rambut tinggi-tinggi menjadi dua bagian dengan pita merah menyala sebagai hiasannya. Tak lupa memasang ID card yang terbuat dari kertas karton berukuran 40×40 cm bertuliskan nama dan foto terjelekku. Dalam foto, aku memonyongkan bibir semonyong-monyongnya, hidungku ditekan ke atas menjadi hidup babi, dan kuputar mataku menjadi juling. Aku merasa geli sendiri melihat foto yang terpampang di ID card milikku.
Hampir saja lupa, aku meraih botol parfum dan menyemprotkan sebanyak-banyaknya di seluruh tubuh.
Biar tidak bau.
Nah kalau beginikan wangi, tidak akan ada yang tahu jika aku tidak mandi, he he he.
Setelah semua siap, aku turun ke bawah dengan tergesa, meja makan sudah bersih dan kosong, itu artinya Mom sudah berangkat kerja. Aku berlari keluar, dapat kulihat Kak Kena sedang memanaskan motor kesayangannya.
"Kak ayo berangkat, sudah siang!" ucapku panik begitu sampai di hadapannya.
"Salah siapa kesiangan?" cibirnya padaku.
Aku melipat kedua tanganku di dada."Salah Kakak tidak membangunkanku sampai aku kesiangan. Padahal semalam, aku sudah bilang, bangunkan sebelum jam 6 pagi."
Kak Kena berdecak dan menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, menatapku dengan pandangan tak percaya lantas berujar, "Kakak sudah membangunkanmu, tiga kali malah." Dia mengangkat tiga jarinya di depan wajahku."Tapi kau saja yang kebo, tidak bangun-bangun."
"Masa?" tanyaku tidak yakin dengan apa yang diucapkannya barusan.
"Kalau tidak percaya tanya saja pada Mom!" Mendengar nama Mom disebut membuat nyaliku menciut seketika. "Ayo berangkat! bisa tambah kesiangan kalau tidak berangkat sekarang." Aku pun langsung naik ke atas motor, berpegangan pada pinggang Kak Kena. Begitu siap, Kak Kena segera menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata berusaha mengurangi keterlambatanku.
***********🌿🌿🌿🌿*********