ARGANTARA

essa amalia khairina
Chapter #7

LUKA YANG TEROBATI

DI BAYAR SAMA TUBUH LO AJA MASIH KURANG!

Ada sakit yang lebih menyakitkan dari luka dahi dan lengannya. Perkataan Langit masih terngiang-ngiang di pikirannya. Sampai, malam tadi Nara tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ucapan lelaki yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. 

Usai mengendarai sepedanya dengan kayuhan pelan, hari ini Nara tidak terlambat datang ke sekolah. Luka yang dirasakan di tubuhnya semakin terasa. Demikian, ia berjalan sedikit terpincang-pincang menelusuri koridor menuju kelasnya. 

"Nara."

Nara mengangkat kepala. Ia mendapati seseorang di hadapannya bergerak mendekatinya, memandanginya dengan mata tajam dan penuh tanda tanya. "A-Arga."

Arga menatap dahi Nara yang tertempel kain perban berbentuk segiempat di sebelah kanan. Tanpa permisi, Arga meraih lengan Nara yang nampak luka lebam membiru. "Siapa yang udah nyakitin kamu?" Tanyanya. 

Perkataan Arga membuat hati Nara tersayat. Kalimat itu secara tidak langsung mendesaknya untuk berkata jujur. Namun, Nara menggelengkan kepala, berusaha untuk tersenyum. "A-Aku tidak apa-apa." Katanya dengan suara lembut, nyaris bergetar. "Aku hanya..." Nara tertelan. "Aku hanya terjatuh."

Arga tak percaya dengan pernyataan Nara. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Batin Arga. Kemudian, ia memandang Nara dengan mata tajam, mencoba untuk membaca ekspresi wajahnya. Ia dapat melihat bahwa Nara sedang berbohong, tapi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

"Kamu tidak perlu berbohong padaku, Nara." Kata Arga dengan suara yang lembut tapi tegas. "Siapa yang udah nyakitin kamu? Hmmm?"

Nara tertelan. Mendengar kalimat Arga yang seolah melindungi, membuat pikirannya kembali membawa ia kepada peristiwa kemarin sore pada saat Langit begitu marah besar padanya.

Nara merasa bahwa Arga benar-benar peduli padanya. Dan, itu membuatnya merasa sedikit lebih nyaman untuk bicara namun ia masih ragu tuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi bersama Langit. "A-Aku..."

"Oh, ini penyelamat lo?!" Sapa seseorang mendadak muncul mendekati mereka. 

Langit dan kawan-kawannya datang mendekati keduanya. Lelaki itu menatap tajam Nara. 

Kemudian, Nara segera tertunduk dan merasa takut dengan kehadiran Langit. Ia masih ingat perkataan Langit yang menyakitkan dan membuatnya merasa tidak berharga. 

Langit masih menatap Nara dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin mengancamnya untuk tidak membicarakan tentang apa yang terjadi antara mereka.

Sementara, Arga memandang Nara yang nampak takut dan gemetaran. Hingga ia bisa membaca pikirannya, bahwa apa yang telah terjadi pada Nara, itu karena ulah lelaki yang masih mematung di hadapannya. Terlebih, saat Arga sempat menatap wajah Langit yang penuh nada ancaman. 

"Murid baru, lo?" Sapa Langit menarik mata Arga tertuju padanya.

"Gue Arga." Arga memandang Langit dengan mata yang tajam. "Lo apain Nara?"

Langit tersenyum dengan segurat tak ramah. "Bukan urusan lo."

Arga semakin melangkah lebih dekat dan menatap Langit tajam. "Jelas ini urusan gue!" Katanya bernada tegas. 

Nara yang menyimak, merasa terkejut dengan keberanian Arga. Ia tidak menyangka bahwa Arga akan berani menghadapi Langit dengan begitu tegas, sehingga membuat Ia lagi-lagi merasa sedikit lebih nyaman dengan kehadiran Arga, meski Ia khawatir tentang apa yang mungkin terjadi jika Langit marah. 

Langit mengangkat alisnya, menyembunyikan keterkejutannya sebab dari setiap siswa selama ini tidak ada yang berani menghadapinya. Begitu pun dengan kawan-kawan Langit yang saling menatap mengekspresikan rasa keterkejutan mereka. 

"Gue gak suka ada cewek yang di perlakukan kasar sama cowok!" Lanjut Arga. "Gue berhak lindungi dia!"

Langit mendesis pahit. "Mau jadi pahlawan kesiangan lo?!"

Arga menarik kerah kemeja Langit, tepat di depan wajahnya. 

"Ada apa ini?!" Sergah Bu Ratna mengejutkan. 

Arga segera melepaskan kerah kemeja Langit dengan tatapan yang masih menyimpan amarah. Begitu juga dengan Langit, seolah-olah tatapan tajamnya ingin mengancamnya. Tapi, Arga tak gentar, Ia tetap berdiri tegak memandang Langit dengan mata yang tak kalah tajam. 

"Apa yang terjadi? Ada keributan apa?" Tanya Bu Ratna bergerak lebih dekat. 

"Tidak ada, Bu." Jawab Arga dengan masih mengunci mata Langit. "Kami sedang latihan drama untuk film pendek."

"Drama film pendek?" Bu Ratna memiringkan sebelah alisnya naik ke atas. "Dengan kerah kemeja yang di tarik?"

"Oh itu, kami hanya sedang berlatih adegan pertarungan. Judulnya... Pahlawan kesiangan melawan pengecut!"

Lihat selengkapnya