ARIANA

Qiki
Chapter #4

SEBUAH AWAL

Beberapa menit ia terduduk di balik pintu, ia pun menyeka air matanya, lalu bersiap siap untuk segera pergi bekerja sebagai ART di rumah sang Tante. Ya, Tantenya sendiri, adik dari Almarhum Ayahnya. Meski sang Tante kaya raya, dia tidak ada niatan membantu perekonomian Ariana dan Ibu kandungnya sendiri.


"Nenek aku pergi dulu ya".


"Hati hati ya Cu".


Ariana kemudian berangkat. Ia mengayuhkan sepedanya penuh semangat. Gadis ini memang sangat rajin untuk mencari tambahan uang, apapun akan ia lakukan agar dapat mengurangi beban sang Nenek.


15 menit kemudian. Tibalah ia disebuah kawasan elit. Kediaman sang Tante yang bernama Venya berada tepat di bagian depan. Kediaman yang cukup luas dengan tingkat dua tersebut bagi yang melihat pertama kali pasti sudah dapat menebak seberapa kaya pemiliknya.


Ariana menaruh sepedanya di depan pagar sambil berseru memanggil security.


"Pak Baron! Minta tolong dibuka Pak pagarnya!"


"Pak!!" ulangnya.


Suara pagar berbunyi, seperti ada yang membuka.


"Eh Ariana. Masuk masuk", sambut ramah security. Ariana membalas senyuman tersebut.


"Terimakasih Pak", Ia mengayuhkan sepedanya kembali, lalu memarkirkannya di bagian parkiran karyawan.


Belum sempat gadis itu menaruh tasnya, seorang pembantu bernama Rani mendekatinya dengan raut judes. "Eh! Cepat beres beres! Jangan lamban gitu jalannya!"


"Iya Kak", sahut Ariana.


"Pel seluruh ruangan! Lalu cuci baju baju!" ketus Rani. Ariana mengangguk saja. Ia pun mulai membersihkan seisi ruangan.


Satu jam lamanya, Ariana membersihkan seluruh ruangan dari kotoran dan debu yang menempel, kemudian mencuci baju baju yang menumpuk. Peluh keringat begitu banyak membasahi wajah dan tubuhnya.


Ia pun terduduk lemas di pinggiran mesin cuci, karena sedari pagi ia tidak ada istirahat. Rani yang melihat hal tersebut merasa iba, ia kemudian mengambilkan air minum untuknya.


"Nih minum!" cetus Rani sambil menyodorkan segelas air putih. Ariana yang nampak lesu tersebut mengambil gelas yang disodorkan Rani.


"Makasih ya Kak".


Rani hanya berdiri memandang gadis yang meminum air tersebut dengan cepat. Meski Rani begitu ketus dengan Ariana, namun di dalam hatinya ia merasa sangat suka dengan sikap Ariana.


Setelah dahaganya terpuaskan, Ariana berdiri. Ia mulai melakukan pekerjaannya kembali.


"Nanti kalau sudah selesai, ambil makan di dapur", cetus Rani. Ariana mengangguk pelan.


"Kasian sekali dia, padahal Tantenya kaya raya, tapi hidupnya harus seperti ini", batin Rani.


++*


"Ariana!!" suara sang Tante dari luar memanggil namanya dengan keras. Ariana yang sedang mencuci pakaian itu dengan sigap langsung berlari mendekati Tantenya yang baru saja tiba.


"Iya Tante". Ia menunduk sambil menyatukan kedua tangannya kedepan.


"Sudah kubilang berulang kali !! Membersihkan ruang tamu itu pot bunganya jangan dipindah, coba kau liat, potnya ada retakan sekarang!! Masih aja ngeyel!!!" bentak Tante Venya.


"Aku tidak membersihkan area itu Tante", sahut Ariana pelan.


"Lalu siapa kalau bukan kamu ha?!! Bukannya masalah membersihkan ruangan ini kamu!!" Tante Venya mulai semakin naik pitam.


"Aku tidak tau Tante", jawab Ariana.

Lihat selengkapnya