ARINA dan Pangeran Edric: Petualangan panjang mempertahankan cinta di tengah badai perjuangan dan pemberontakan

aliakatarina
Chapter #7

Membangun Kembali Masa Lalu

“Aku bisa mengingat semua momen kebersamaan kita seribu tiga ratus tahun yang lalu. Kau mungkin tidak akan bisa mempercayainya, tapi semua itu benar adanya. Seolah baru terjadi kemarin, aku masih sangat ingat semua yang terjadi pada kita di masa lalu,” jelas Arina dengan tatapan bersungguh-sungguh.

Tidak ada kebohongan di dalam matanya yang sendu dan mulai berkaca-kaca. Kenangan pahit dan manis yang selalu berputar dalam ingatannya membuat Arina harus memendamnya seorang diri selama ini.

Sementara Remi terdiam tanpa ekspresi. Ia berpikir jika Arina sedang mengada-ngada dan hanya ingin bersama lebih lama hingga harus mengarang cerita. Jelas Remi tidak mau percaya dengan ucapan Arina.

“Jangan mengada-ngada, Arina. Aku sungguh sangat menyukai kebersamaan kita semalam hingga detik ini. Aku pun merasa sangat berat jika harus berpisah denganmu setelah apa yang kita lewati malam kemarin. Tapi aku punya kepentingan untuk kembali pulang, dan aku akan menjadi pria yang jahat jika berjanji akan menemuimu kembali,” ucap Remi dengan emosi yang tertahan. Antara sedih, kesal dan tidak tega untuk menyakiti Arina.

Entah mengapa perasaannya ikut sakit jika harus membuat Arina bersedih. Remi tahu jika ucapannya cukup kejam, tapi mendengarkan cerita Arina yang melantur membuat Remi tidak bisa memakluminya lagi.

Sejak awal, memang ada perasaan aneh dan heran. Bagaimana bisa seorang wanita asing menawarkan bantuan di saat dirinya kesusahan. Bahkan sampai harus menginap dan berakhir suatu kejadian yang tidak pernah terbayangkan oleh Remi sebelumnya.

Namun, keramahan dan kehangatan yang diberikan Arina membuat Remi terlena dan melupakan semua kejanggalan itu. Rasa rindu yang entah sejak kapan ia rasakan membuatnya menerima semua perlakuan baik Arina tanpa menyimpan perasaan curiga sedikit pun.

“Aku tidak mengada-ngada, kita memang pertama kali bertemu seribu tiga ratus tahun yang lalu. Aku tau ini gila dan tidak masuk akal, aku bahkan bingung harus menjelaskannya seperti apa agar kau mau percaya. Tapi aku sungguh bisa mengingat semuanya, dan aku ingin kau bisa mempercayainya,” ucap Arina dengan air mata yang mulai terjatuh.

Sikap Remi yang menolak untuk percaya pada ucapannya sudah bisa ia tebak sebelumnya. Namun, tetap saja saat itu terjadi perasaan sakit dan putus asa membuat hati Arina terluka. Arina sampai tidak tahu harus bicara apa agar bisa meyakinkan Remi bahwa dirinya benar-benar mengingat pertemuan pertama mereka seribu tiga ratus tahun yang lalu.

Namun, keinginan Arina agar Remi percaya membuatnya tidak bisa menyerah dan berhenti sampai di sana. Arina pun teringat pada barang kuno peninggalan Remi di seribu tiga ratus tahun yang lalu padanya. Ia bangkit untuk mengambil barang tersebut, tapi Remi yang sudah tidak bisa mempercayai ucapan Arina memilih bangkit dari duduknya dan pamit pergi.

“Aku tidak mau mendengar apa pun lagi, aku sangat berterima kasih atas semua bantuanmu padaku. Aku ingin sekali membalas kebaikanmu, Arina. Tapi, aku pikir sebaiknya kita tidak bertemu lagi,” ucap Remi dan melangkah pergi ke arah pintu.

Lihat selengkapnya