Arisan; Reoni Pengakuan

Jalvanica
Chapter #2

Harsa

Oke tak perlu baper! tak perlu baper, lagi pula kau, kan, bukan lagi remaja ingusan yang begitu diberi kata-kata manis pipinya langsung bersemu. Ingat, bahkan sekarang umurmu nyaris 27 tahun, bukan lagi dalam mode bermain-main, batinnya sambil menatap keluar jendela kantornya, pada jalan raya yang lumayan padat di bawahnya.

Harsa mengerjap, kembali memandang notifikasi berbentuk hati merah, Harsa kembali membatin; oke tak masalah ini kan cuma tanda love. Love sama dengan suka, suka belum tentu cinta. Suka mempunyai artian yang luas—kau tak boleh berpikiran sempit—seperti dia hanya menyukai tulisanmu, atau caption, atau sekadar iseng ... yah, pokoknya barangkali Fyneen benar dia hanya menyukai story-mu bukan orangnya.

Tapi ini janggal, Harsa tahu ini janggal. Selama ini dia yang dianggap spesial mendadak berhenti selama lima bulan, tidak ada notifikasi hati masuk begitu Harsa membuat story. Bahkan notifikasi Instagram pria itu dalam mode off. Harsa tak bisa lagi melihat aktivitasnya, kapan dia sedang online dan kapan terakhir dia online. Seolah pria itu lenyap begitu saja tertelan bumi.

Ini yang selama ini membuat Harsa frustasi, padahal bahasa cinta mereka hanya sekadar memberi hati merah pada story, dan tanpa komunikasi apa pun- yang kata Wening ini begitu konyol untuk melangkah ke jenjang serius, dan waktu itu Harsa menolak tegas pendapatnya. Sekarang Harsa merasa agaknya Wening benar.

Hingga ... untuk sekian lama tanda hati merah itu muncul lagi! Dan paling mengejutkan lagi Harsa benar-benar menekan ketikannya yang berapi-api. Harsa mengiriminya pesan! Harsa mengiriminya pesan yang berbunyi;

Hi, Tidak ada orang lain yang menyukai ceritaku sebanyak Anda, meskipun ada beberapa. Dan aku jarang menyukai cerita orang. Aku tahu ini tidak berarti apa-apa.

Ini seperti apresiasi, jadi terima kasih Maaf jujur saja, selama ini aku merasa malu untuk mengatakannya, dan entah kenapa hari ini aku mempunyai keberanian. Sekali lagi, Anda sangat jauh, jadi menurut saya tidak apa-apa. Btw, apa kabar, sudah lama sekali Anda tidak muncul.

Saya harap Anda baik-baik saja. Jika ini mengganggu Anda, tidak perlu dibalas, sekali lagi terima kasih.

Seharusnya dihapus! Atau setidaknya Harsa membatalkan pengiriman, tapi sudah terlanjur, pesan itu sudah dibaca. Harsa nyaris memekik dan meloncat kaget, sementara ponselnya ia lemparkan ke meja dan menimbulkan suara yang cukup keras hingga mencuri perhatian beberapa rekan kerjanya; Pak Tomo yang sedang menyemprot lidah mertua dan tanaman semacamnya setiap pagi sebelum mengajar, sudah menjadi rutinitasnya. Bu Hilda yang sedang sibuk menata buku. Dan Wening yang baru tiba.

"Kenapa sih Sa, hape kok di lempar-lempar?" heran Wening sambil meletakkan tasnya di kursi. Harsa hanya menggumam dengan pipinya yang semakin memanas; nggak sengaja.

"Halah nggak usah ngarang," ucap Wening sambil meletakkan tas dan barang bawaannya. Namun Harsa tak menggubrisnya.

"Ciri-ciri minta ganti," celetuk Pak Tomo yang kembali fokus dengan lidah mertuanya.

"Ganti, tinggal ganti ya Bu? Sudah PNS mah bebas? Termasuk bebas pilih calon pasangan. Mau apa? Tinggal pilih, tentara, polisi, wirausahawan, atau Pak Malik?" sambung Bu Hilda sambil cekikikan dengan Bu Dita yang baru tiba. Pak Malik adalah guru olahraga berkepala tiga yang sering dijodohkan dengan Harsa—yang sama-sama jomblo di antara rekan kerjanya—ini sudah menjadi buah bibir dan bahan lelucon bagi mereka.

"Hah?" Harsa mengangkat sebelah alisnya bingung, pikirannya masih melayang pada notifikasi si Turki dan pesan konyolnya, kemudian dia hanya manggut-manggut tanpa memperdulikan kebisingan sekitar yang semakin ramai apalagi setibanya Malik di kantor. Namun kali ini Harsa tak mempedulikannya. Sekali lagi notifikasi itu muncul lagi di ponselnya; Farhat_Ekrm like your story. Muncul lagi! Muncul lagi, kali ini Harsa tak tahan hingga tanpa sadar ia benar-benar mengiriminya pesan yang telah ia pertimbangkan selama lima menit, padahal Harsa nyaris move on! Tak habis pikir, tak berperasaan! Lihatlah dia kembali muncul dengan jarinya yang nakal, memencet tanda itu lagi dan, selamat Harsa terpancing. Padahal ... sekali lagi Harsa nyaris move on!

Ok, move on—

"Pagi Bu," sapa Pak Malik, Pak Malik memang begitu percaya diri, tidak baperan, dan orangnya pintar yang sembrono. Dia memiliki tubuh tinggi, berotot, atletis dengan kulit sawo matang yang gelap. Agak eksentrik, dan ini kelihatan dari penampilan dan motor koplingnya yang dimodifikasi begitu aneh, tapi kata beberapa murid laki-laki itu keren. Tapi tak masalah, jika berbicara mengenai eksentrik, Harsa lebih eksentrik. Bagaimanapun Pak Malik lumayan masuk ke dalam kriteria tipe Harsa, bahkan pernah diam-diam ia jadikan postingan untuk memancing kecemburuan si Turki. Ini adalah saran Fyneen, Wening pun juga ikut mendukungnya, tapi nihil tak ada reaksi apa-apa dari si Turki. Harsa malah semakin terpesona tapi kesal dalam satu waktu kepada si Turki.

Harsa mengerjap, eh, "Pagi Pak Malik," jawabnya tanpa memperdulikan Bu Hilda yang semakin gencar menjadikannya lelucon.

Apa tadi? Move on!

Gampang, tinggalkan Farhat si Turki sialan itu. Oh bahkan begitu Harsa mengatainya sialan, dia disergap perasaan bersalah. Nyatanya Farhat Ekrem adalah pria yang begitu sopan, dan tak pernah sekalipun menyakitinya secara langsung.

Harsa bertopang dagu, matanya menatap langit-langit kantornya. Dan tanpa sadar dia membuka brankas galerinya yang berisi kumpulan screenshot foto pria Turki itu. Ditatapnya lekat-lekat mata pria itu yang seolah hidup dan balik menatapnya. Kini tatapan Harsa berfokus pada bagaimana bentuk rahang pria itu yang begitu tegas, hidungnya yang begitu mancung, dan brewok tipisnya yang memberi kesan berkharisma.

Sial, kini tatapannya turun pada otot tangan Farhat yang begitu jelas, sungguh atletis! Sempurna, seperti seorang pangeran Timur Tengah. Tiba-tiba Harsa disergap perasaan berbunga-bunga itu lagi, jantungnya berdebar kencang. Ini akan sempurna untuk keturunanku, aku membutuhkan hidungnya yang mancung. Tapi kemudian pipinya memanas, Harsa dilanda perasaan malu.

Kini pikirannya melayang pada pertemuannya yang singkat di vidio call. Lebih tepatnya Farhat tidak sengaja masuk ke dalam percakapan Harsa dengan Ahmet— si pemilik akun Instagram sesungguhnya yang awalnya kenal di akun interpals- dan siapa sangka Harsa malah tertarik dengan Ferhat alih-alih dengan Ahmet. Dan Harsa juga merasakan ketertarikan Farhat kepadanya. Harsa bisa melihat dari mata dan gerak-geriknya, yang kata Wening, Harsa hanya kegeeran—melebih-lebihkannya.

Dan untungnya sebelum mengakhiri video call-nya mereka sudah saling berbagi akun interpals. Farhat adalah jenis manusia yang sangat menjaga privasinya, dia tidak mau orang asing dibawa ke instagramnya, sehingga obrolan mereka berpindah ke sana. Meski akhirnya mereka saling berbagi akun Instagram setelah percakapan di interpals. Meski hanya chat Harsa tidak bisa melupakannya sampai saat ini, dan mungkin sampai kapan pun. Dilihatnya kembali obrolan mereka dalam bahasa Inggris, dan Harsa tak pernah bosan meski sudah berulang kali ia baca, mungkin sudah puluhan kali begitu dia disergap rasa kangen padanya. Waktu itu Harsa benar-benar mabuk kepayang, seperti kembali menjadi seorang belia yang sedang dimabuk cinta. Apalagi jika hampir memasuki fase menstruasi, tantrum tidak jelas dan hanya kepikiran pria itu.

@Melati_dlilh:

Hi, ini aku. Sehari yang lalu kita baru menyapa di video call milik temanmu. Ingat kau yang memberikan akun interpals ini. Jadi senang bertemu denganmu lagi.

@f_abc:

Aku juga. Itu sering tarjadi. Kamu dari Indonesia, negara cantik dan orangnya yang baik.

@Melati_dlilh:

Oh terima kasih banyak. Kamu juga.

@f_abc:

Sama-sama. Suatu kehormatan bertemu Anda.

@Melati_dlilh:

Aku juga. Oh, foto profilmu terlihat seperti seseorang yang aku kenal, tapi siapa(?)

(Demi Tuhan ini bukan kebetulan kan? Harsa merasa dari samping pria itu terlihat seperti Adam, teman SMA yang sempat ia taksir tapi tak pernah diungkapkan! Adam juga sedang kuliah di salah satu universitas di Turki. Tidak, jelas dia bukan Adam! Mau bagaimanapun sejujurnya Harsa masih mendambakan Adam, tapi Harsa tipe orang yang gengsi mengungkapkannya lebih duluan jika mengenai hubungan dengan lawan jenis. Dan hubungannya dengan Adam seolah seperti setetes air yang menguap di hari yang cerah, hilang tanpa bekas.)

Omong-omong, sejujurnya kau orang pertama dari luar negeri yang terlihat seperti seorang teman.

Pertama-tama senang bertemu denganmu.

@f_abcd:

Siapa namamu?

@Melati_dlilah:

Sebenarnya namaku Harsa. Dan kau?

@f_abcd:

Farhat

@melati_dlilah:

Farhat, nama yang cantik. Btw, jam berapa di sana. Kenapa kamu masih berada di sini?

Waktu itu sebenarnya Harsa tau perbedaan waktu Indonesia—Turki, di Turki sekarang tengah malam! Tapi dia hanya menggunakan ini untuk memancing jawaban atas rasa penasarannya kenapa pria itu masih berada di aplikasi ini. Jangan-jangan dia sedang melakukan obrolan dengan gadis cantik yang seksi! Sebab rata-rata di sini ceweknya modis, cantik seperti selebritis, dan seksi, meski beberapa ada yang berhijab seperti dirinya. Memangnya kenapa? aku juga cantik dan seksi, orang-orang di dekatku secara tak langsung juga sepakat, hanya saja tak kupamerkan! Amit-amit! Kecuali dengan mahramnya, batin Harsa acuh. Lagi pula semua wanita di dunia kan harus merasa menarik!

@f_abcd:

Tengah malam, aku di sini hanya untuk chat, dan kau kenapa masih di sini? lol

@melati_dlilah:

Wow, di sini pagi. Tanggal merah, hari libur.

Harsa mengirim screenshot kalender.

@f_abcd:

Ok, that's okey.

Aku ingin bertanya padamu

Aku ingin traveling ke negaramu

Aku berkata jujur.

Apa pendapatmu mengenai ini?

Membaca pesan teks tersebut hatinya berdebar kencang. Apa! Dia mau ke Indonesia? Secepat itu? Menemuiku? Jangan-jangan dia menginginkan hubungan yang serius?

Waktu itu Harsa membayangkan dirinya dan Farhat menikah, memiliki anak-anak yang manis, tinggal di negara asing dengan tenang tanpa nyinyiran tetangga. Sebuah keluarga yang semua orang dambakan. Kemudian sebuah realita menghantam-nya bagaikan sebuah godam. Orang baik-baik tidak langsung mengajaknya bertemu apalagi menikahinya. Itu kan ciri-ciri scammer yang sering Wening katakan. Harsa tidak boleh lengah, dia harus berhati-hati meski Farhat adalah tipenya dan berparas seperti pangeran yang sering ia bayangkan jika sedang membaca novel fantasi. Baginya entah kenapa Farhat mirip tokoh yang ia bayangkan di novel karya Victoria Eveyard. Maskulin, cool, dan yang terpenting tidak merokok! Sempurna!

Sebentar ... dia hanya ingin traveling, bukan menemui Harsa, jadi waktu itu lebih aman Harsa membalas;

@melati_dlilah:

Lihat selengkapnya