Arisan; Reoni Pengakuan

Jalvanica
Chapter #3

Fyneen

Anggaran belanja. Ya ampun, aku tak percaya Alex bersekongkol dengan Mamiku sendiri melakukan anggaran belanja terhadapku. Dua juta perbulan termasuk uang sekolah Genevieve! Tak ada kartu kredit ataupun ATM, Keterlaluan! Fyneen tak habis pikir, selama ini dia selalu membeli apa pun yang ia inginkan, apa pun dari Tiffany's, Channel, Louis Vuitton hingga ... seharusnya sekarang tas Hermes Birkin yang selama ini dalam daftar tunggu sudah berada di genggamannya! Fyneen membayangkan dia membawa tas yang digandrungi para selebritis, tas itu sangat langka— eklusif, dan dia nyaris mendapatkannya seminggu yang lalu ketika berlibur di Paris kalau-kalau suaminya tidak memergoki pengeluarannya sebulan terakhir yang masuk ke dalam kartu kreditnya. Nyaris 450 juta, tapi itu kan akan dibayar Fyneen sendiri ketika novelnya best seller.

Tapi kenyataannya novelnya tak pernah laku apalagi best seller, dan utang rahasianya telah dilunasi semua oleh suaminya, yang mengakibatkan pertengkaran hebat di hotel waktu liburan di Paris. Dan ini berdampak pada jatah bulanannya yang dipotong hingga tuju puluh persen! Padahal Fyneen tak bermaksud memberatkan suaminya, bagaimanapun dia percaya suatu saat nanti novel-novelnya bakal laku keras, sekali lagi best seller! Kalaupun tidak dia akan kembali bekerja di sebuah perusahaan ternama untuk melunasi utangnya. Lagi pula Genevieve sudah besar.

"Nyonya telur dadar sudah siap," ucap mbak Tami, telur dadar siap yang berarti paket itu telah tiba! Fyneen pernah menyuruh mbak Tami kalau ada paket dan suaminya berada di dekatnya dia harus mengatakan makanan tersebut. Seperti sebuah kode morse. Lupakan, Fyneen bahkan begitu payah di ekstrakulikuler pramuka dulu. Kini Fyneen nyaris terlonjak kaget, kegirangan. Dan agaknya gerak geriknya mencuri perhatian suaminya yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Kau terlihat seperti seseorang yang menang lotre," ucap suaminya yang kembali sibuk dengan laptop dan ponselnya.

Fyneen cepat-cepat merubah air mukanya menjadi dingin. "Masa sih, aku cuma kangen telur dadar," jawabnya sambil lalu. Padahal sekali lagi dia telah mengkhianati suaminya. Dan entah apa yang akan terjadi pada pernikahannya jika suaminya tahu dia benar-benar membeli tas Hermes Birkin. Fyneen lebih cerdik daripada yang disangka-sangka jika menyangkut belanjaan. Apa pun akan ia lakukan untuk mendapatkannya. Untungnya setelah pertengkaran hebat di hotel malam itu, dia langsung mengkontak karyawan yang mengurus tas dengan harga selangit yang sedang diskon atas perjanjiannya untuk tidak diberikan kepada siapa pun. Dan persyaratannya berlaku hanya sampai pukul 22.00.

Untuk mendapatkannya dia harus menyelinap malam-malam menggunakan bra berisi kartu kredit terakhirnya yang sengaja ia jahit sendiri. Tempat rahasianya selama ini, kalau-kalau ada masalah tak terduga. Orang kan tidak akan menyangka jika di dalam bra busamu ada sebuah kartu. Dan dengan penampilan seperti badut— mata sembab dan rambut awut-awutan dia berlari dari hotel menuju toko tas idamannya dengan adrenalinnya yang menggebu-gebu, bahkan dia tak mempedulikan sekitar. Hanya satu dua orang saja yang keheranan, selebihnya orang-orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Dan ketika sampai di sana dia harus merobek bra-nya, tentu saja di ruang ganti, meraih kartu kredit di dalam busa bra-nya seperti orang gila. Benar-benar hari yang mendebarkan. Sebuah petualangan seperti seorang yang baru saja tiba di puncak gunung untuk menyaksikan sunrise, atau seseorang di padang rumput yang akhirnya dapat menonton hewan langka setelah ditunggu-tunggu.

"Kirimkan saja ke alamat ini. Tolong bungkus dengan paling sederhana. Terlihat gembel pun tak apa. Pokoknya suamiku tak boleh tahu! Terima kasih semoga hari Anda menyenangkan!" Senyumnya mengembang tanpa memperdulikan beberapa karyawan toko yang menatapnya aneh.

Karyawan yang terlihat profesional itu pun kini seperti seorang biasa yang akhirnya terlihat bisa menampakan berbagai ekspresi, dan saat ini adalah mimik wajah yang terheran-heran dengan penampilan Fyneen— baju tidur dan ... tak dapat dipercaya sebuah bra sobek sebelah yang ia tenteng. Seperti seorang yang tak waras. "Ba— baik Madam. Seperti yang Anda inginkan."

Fyneen mengerjap, pikirannya buyar begitu dia melihat paket lusuh yang siapa sangka dibaliknya berisi tas seharga mobil. Ketika membuka paket tersebut, dia kembali disergap rasa mendebarkan yang menggebu-gebu, seperti seorang yang sedang dimabuk cinta. Tapi kemudian dia teringat ucapan suami dan petuah ibunya;

"Mami benar, kita harus melakukan anggaran belanja. Lagi pula kau sudah berlebihan membelanjakan hal-hal yang tidak dibutuhkan. Sekarang kita memiliki anak, Fyneen, kau tak boleh menjadi ibu dan istri yang buruk."

Buruk! Aku? Dengan lulusan cumlaude di jurusan ekonomi?

"Untuk mendapatkan kehidupan keluarga bahagia kau memang harus menetapkan anggaran belanja sayang. Itu kuncinya. Mami dan ayahmu juga begitu, dan di buku milik—"

"Aku mengerti Mam, terima kasih kalian benar. Aku pasti bisa, bahkan menghemat! Aku akan hidup menghemat mulai sekarang!" Begitulah terakhir kalinya Fyneen membicarakan keuangan dengan keluarganya.

Begitu kotak itu terbuka, dia merasa begitu senang tetapi kemudian dia sedikit disergap rasa bersalah. Fyneen ingat bagaimana Alex membentaknya di hadapan putrinya ketika di Paris. Ini memang bukan pertama kalinya Fyneen bersikap boros, tapi waktu itu Alex benar-benar terpukul dan kecewa terhadapnya, masalahnya Fyneen pernah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi untuk menghambur-hamburkan uang. Tepatnya sebelum Genevieve lahir, Fyneen bahkan mempunyai utang yang lebih besar, dan dia berjanji tak akan mengulanginya lagi. Dan setelah mengandung Genevieve, Fyneen benar-benar bertobat. Tapi setelah Genevieve berumur empat tahun, hobi menghambur-hamburkan uang agaknya kambuh lagi.

"Ah tak apa, lagi pula novelku pasti bakal best seller dan akan aku lunasi utangku nanti. Tak jadi soal." Dia tersenyum, kemudian mengendus bau baru pada tasnya. Aromanya bahkan menghilangkan semua masalah dalam hidupnya. Aku akan menggunakan tas ini ke acara arisan. Biar tahu rasa si Angelin! Lagi pula selama ini dia selalu pamer apa pun kepadaku, begitu angkuh, bahkan tak tahu malu. Aduh kasihan sekali suaminya, kakak iparku yang malang.

Fyneen mengerjap begitu ponselnya bergetar, Harsa! Pas sekali! Aduh hari yang paling membahagiakan! Aku akan bercerita tentang tas baruku yang paling mahal dari koleksi-koleksiku sebelumnya. Sambil mengangkat telepon, dia melenggang diam-diam ke dalam kamar dan memasukan tas harga selangitnya ke dalam lemari koleski tas-tasnya tanpa ketahuan siapa pun.

"Oh maaf Harsa sayang kau harus menunggu lama. Kau tahu aku baru saja membeli tas Hermes Birkin Sac Faubourg!"

"Seperti biasanya wanita malaikat beruntung sedunia!"

"Harsa aku tak bercanda— kau selalu begitu. Tapi memang, yah aku memang beruntung mendapatkannya! Kau tahu aku mendapatkannya—"

"Fyneen pernikahanmu diambang bencana!"

Lihat selengkapnya