"Baiklah. Tokoh pertama dalam pengembangan game skripsi kamu adalah Arjuna," kata Sir Handry, menerima berkas A4 dari tangan Jayarathi. Isinya mengenai topik dan kumpulan literatur wayang.
Minggu kedua, bimbingan skripsi dengan Sir Handry. Jayarathi menyerahkan berkas-berkas referensi gambar, literatur wayang dan metode pengembangan game. Semua berkenaan dengan tokoh Arjuna. Sir Handry membuka-buka lembaran berkas tersebut. Satu lembar mencuri perhatian Sir Handry. Tampak serius mengamati satu gambar wayang Arjuna di lembaran ukuran HVS.
"Coba perhatikan Arjuna. Mengapa dalam versi wayang, Arjuna digambarkan wajahnya berwarna hitam sedangkan tubuhnya tidak? Mengapa pula penampilan busana Arjuna terlihat bersahaja? Tanpa mahkota atau pernak-pernik yang mewakili kelas bangsawan?"
Jayarathi menghadapi pertanyaan beruntun dari Sir Handry. Itu juga yang membuat Jayarathi meneliti secara rinci perihal wajah yang hitam pada sosok wayang Arjuna.
"Itu juga yang menjadi pertanyaan saya, Sir," Jawab Jayarathi sambil meringis menahan segan sekaligus malu.
"Hahaha!" Sir Handry tertawa singkat, "Saya tahu jawabannya, tapi saya biarkan kamu terlebih dulu mencari jawaban sendiri. Nanti kalau kamu punya jawaban, kasih tahu saya. Setelah itu saya kemukakan pendapat saya," ujar Sir Handry d ujung senyum pula.
Alhamdulillah, ternyata Sir Handry tidak marah. Pikir Jayarathi. Namun pertanyaan sesederhana itu menjadi beban untuk mencari jawabannya.
Jayarathi teringat akan seniornya dulu di tempat kerja, perihal pertanyaan karakter wayang Arjuna yang fisiknya berwarna hitam di wajah. Itulah mengapa Jayarathi bertanya-tanya. Kebetulan atau takdir, pertanyaan yang sama muncul lagi saat ini.
"Asal kamu tahu, Sunny ...," kata Sir Handry membuyarkan pikiran Jayarathi seketika. Namun mahasiswi itu buru-buru menyela.
"Maaf, Sir. nama saya Jayarathi," kata Jayarathi.
"Lho, kenapa di grup WhatsApp, namamu tertera Sunny?" Sir Handry mendadak heran. Benar selama ini nomor WhatsApp Jayarathi diberi nama Sunny.
"Sunny itu nama kucing saya, Sir," jawab Jayarathi dan sekali lagi memancing tawa Sir Handry.
Dari situ, Jayarathi paham jika Sir Handry sosok dosen yang santai dan berselera humor. Selama ini, menurut mahasiswa-mahasiswa lain, Sir Handry dikenal sebagai dosen killer dan pembunuh harapan nilai bagi para mahasiswa. Hampir semua mahasiswa skripsi menghindarinya untuk dijadikan dosen pembimbing. Tetapi Jayarathi tidak takut akan rumor mengerikan itu. Sebaliknya, ia justru memilih Sir Handry untuk dijadikan dosen pembimbing skripsi.
"Kamu tahu mengapa saya meluluskan proposal skripsi kamu yang mengangkat tema wayang?" suatu pertanyaan itu tentu membuat Jayarathi menggeleng ringan.
"Tidak tahu, Sir."