Pagi masih menyisakan selembar kabut tipis. Di ujung daun tertinggal embun setetes. Memancarkan binar pelangi tatkala tersentuh lembut cahaya. Mentari sudah mulai merangkak naik sepenggalah. Burung pipit menambah indah pagi dengan cericitnya.
[Kak, jangan lupa sarapan]
Kalimat sederhana ikut menyemarakkan pagi. Mencipta senyum tulus tersungging di bibir Juna. Bahagia itu ternyata sederhana.
[Iya, Dik. Kamu juga, ya?]
Balasan sederhana pula. Namun ia yakin, kekuatannya akan memeluk semangat sepanjang hari. Pas. Tidak over dosis.
"Duh, bukankah masih terlalu pagi untuk senyum sendiri, Jun?" Seseorang tetiba menyapa Juna. Membuat Juna tersentak dari lamunan.
"Eh, Oom Joni." Kikuk melanda seketika. Lalu berupaya menguasai diri.
"Tumben udah di sini? Nggak ada kuliah?"
"Kebetulan enggak, Oom. Sengaja menunggu Oom Joni."
"Aih. Menungguku? Penting sekali rupanya?"
"Iya, Oom. Mau tanya tentang Pak PD satu."
"Hm? Ada masalah apa kau dengan beliau?"