Pagi belum sempurna berbenah. Mentari begitu enggan naik sepenggalah. Tetes embun masih setengah. Burung berkicau lirih sembari terbang rendah.
Seorang gadis tampak bergegas. Wajah manisnya polos tanpa polesan kuas. Berlari kecil di sepanjang trotoar jalanan. Kaki menyibak daun dan ranting kering yang berserakan.
Brukk!
Tanpa sadar ia menabrak seseorang. Pemuda matang. Baru saja keluar dari warung. Membawa kopi di tangan. Tumpah tak karuan.
"Adduuuhhh!" pekik pemuda itu membuat sang gadis tercekik.
Plak!
Si gadis menepuk keningnya sendiri. "Telat deh, akhirnya."
"Mbak jalan pake mata, dong."
"Iya, Mas. Maaf. Saya tadi jalan pake kaki." Meringis polos tanpa rasa bersalah.
Sang pemuda geram. Mata melotot merasa diejek. "Iya pake kaki, tapi kakimu punya mata, ‘kan?"